Pratinjau

12 Dec 2012

DAM/parit

Dam parit (channel reservoir) adalah teknologi sederhana yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Bogor. Teknologi ini merupakan suatu cara untuk mengumpulkan / membendung aliran air pada suatu parit (drainage network) dengan tujuan untuk menampung volume aliran permukaan, sehingga selain dapat digunakan untuk mengairi lahan di sekitarnya juga dapat menurunkan kecepatan run off, erosi dan sedimentasi (Puslitbang Tanah dan Agroklimat, 2002).

Dengan teknologi ini yang menurut pengalaman membutuhkan biaya sekitar Rp. 30 – 50 juta per unit, dan dalam proses pengerjaannya membutuhkan tenaga kerja sekitar 30 orang selama pengerjaan 3 bulan, dapat dilaksanakan sendiri oleh petani.

Pertimbangan pemilihan teknologi dam parit ini didasarkan atas keunggulannya dibandingkan dengan teknologi sejenis seperti embung. Keunggulan dam parit antara lain:
  • Dapat menampung air dalam volume besar, karena mencegat dari saluran / parit.
  • Tidak menggunakan areal produktif.
  • Dapat mengairi lahan cukup luas, karena dibangun berseri (cascade series) di seluruh DAS.
  • Dapat menurunkan kecepatan aliran permukaan, sehingga dapat mengurangi erosi permukaan (tanah lapisan atas yang subur), dan sedimentasi.
  • Terdapat kesempatan (waktu dan volume) meresap / menyimpan air ke dalam tubuh tanah (recharging) di seluruh DAS, sehingga mengurangi risiko kekeringan pada musim kemarau.
  • Biaya pembuatan relatif lebih murah.

Fungsi Dam Parit

Pada prinsipnya teknologi ini bertujuan dan berfungsi untuk:
Menurunkan debit puncak, yaitu debit yang paling tinggi yang terjadi pada aliran tersebut. Biasanya pada musim penghujan debit air pada suatu parit / saluran sangat tinggi sehingga dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor serta erosi dengan membawa serta lapisan tanah atas yang subur. Dengan dibangunnya dam parit yang memotong aliran, itu akan mengurangi kecepatan aliran parit.

Memperpanjang waktu respon, yaitu memperpanjang selang waktu antara saat curah hujan maksimum dengan debit maksimumnya. Dengan lamanya air tertahan dalam DAS, maka sebagian air akan meresap kedalam tanah untuk mebiuisi (recharge)cadangan air tanah dan sebagian air dapat dialirkan ke l;ahan yang membutuhkan air / lahan yang tidak pernah mendapat air irigasi melalui parit-parit. Pada parit-parit itu pun selanjutnya juga dibuat dam / bendung lagi. Demikian seterusnya, sehingga luas lahan yang dapat dialiri dapat dimaksimalkan.

daerah konservasi air tanah


Pemerintah dan masyrakat dapat mengusahakan suatu kawasan atau wilayah tertentu yang khusus diperuntukan sebagai daerah pemanenan air hujan (peresapan air hujan) yang dijaga diversifikasi vegetasinya dan konstruksi apa pun tidak boleh dibangun di atas areal tersebut.

Untuk keperluan ini harus dipilih daerah yang mempunyai peresapan tinggi dan bebas dari kontaminasi polutan. Konsep ini belum banyak dikenal di Indonesia, maka setiap daerah perlu segera mencari lokasi atau kawasan yang dapat dikembangkan menjadi cagar alam resapan air hujan ini.

budidaya lorong/alley crooping(informatif)


Sistem pertanaman lorong (alley croping) adalah suatu sistem di mana tanaman pangan ditanam pada lorong (alley) di antara barisan tanaman pagar

Pangkasan dari tanaman pagar digunakan sebagai mulsa yang diharapkan dapat menyumbangkan hara terutama nitrogen kepada tanaman lorong.

Tanaman yang digunakan untuk tanaman pagar antara lain adalah lamtoro (Leucaena leucocephala), gliricidia (Gliricidia sepium), kaliandra (Caliandra calothyrsus) atau flemingia (Flemingia congesta).

Lamtoro lebih sesuai pada tanah yang tidak masam (pH 5,5-7,5) dan kurang baik tumbuhnya apabila tanah masam (pH 4-5,5). Gliricidia mempunyai daya toleransi yang lebih tinggi terhadap kemasaman tanah, tahan pangkasan dan cepat kembali bertunas sesudah pemangkasan. Kaliandra mempunyai daya adaptasi yang cukup luas tetapi kalah populer dibandingkan dengan gliricidia.

Tindakan penyempurnaan budidaya lorong yang direncanakan lebih bersifat memaksimalkan fungsi saluran dan guludan untuk mempermudah pengomposan sisa tanaman, meningkatkan peresapan air, mengurangi persaingan air dan unsur hara, serta mempermudah pemeliharaan saluran dan guludan. Beberapa tambahan keuntungan tersebut diharapkan dapat mempermudah dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan sisa tanaman serta upaya konservasi air dan unsur hara untuk mencegah erosi, banjir dan pencemaran perairan.

Untuk mengevaluasi manfaat penyempurnaan teknik budidaya lorong tersebut diperlukan penelitian jangka panjang dalam petak permanen untuk mempelajari dan memantau dampak teknik budidaya lorong yang disempurnakan terhadap besarnya aliran permukaan dan erosi, pertumbuhan dan produksi tanaman, serta peubah sifat-sifat fisik, kimia dan biologi; dibandingkan dengan teknik budidaya lorong konvensional. Untuk menjamin terpeliharanya petak permanen tersebut maka penelitian ini direncanakan akan dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian IPB di Cikabayan yang telah dilengkapi dengan stasiun pengamatan iklim yang memadai. Dari lokasi yang strategis di dekat Kampus Institut Pertanian Bogor dan tidak jauh dari Ibu Kota Negara, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat tambahan yang sangat penting yaitu menyediakan sarana peragaan bagi pendidikan, pelatihan dan obyek kunjungan bagi kontak tani dan transmigran teladan.

bendungan bawah tanah(informatif)


Ahli Geologi dari Institut Teknologi Bandung Ir. Lambok Maringan Hutasoit, M.Sc. Ph.D. menilai langkah pemerintah membuat banjir kanal barat dan timur kurang tepat. Menurutnya, pembuatan bendungan air bawah tanah (underground reservoir) justru lebih efektif.

“Masalah air bukan soal banjir semata, tapi juga persediaan air kemarau. Jangan sampai ketika musim hujan kita kebanjiran tapi di musim kemarau kita kekurangan. Inilah kelebihan underground reservoir, air bisa disimpan lalu pada musim kemarau bisa diambil,” katanya usai menghadiri Lunchleon Talk HAGI di Hotel Kartika Chandra, Jakarta, Rabu (21/02).

Ia menambahkan, bendungan bawah tanah bahkan lebih efektif dari danau atau situ. “Kalau danau airnya, kan, menguap. Tapi disini air bisa disimpan,” ujarnya. Namun ia mengakui banyak kendala yang menjadi penghambat pembuatan bendungan bawah tanah ini, antara lain biayanya yang sangat mahal. Selain itu kondisi tanah Jakarta yang lunak.

“Kalau dilihat geologinya, tanah lunak itu dari Depok ke utara. Begitu ke selatan sudah muncul batu-batuan yang keras. Jadi kalau mau bikin bendungan bawah tanah itu diselatan,” katanya. Pembangunan bendungan bawah tanah di bagian selatan ini, menurutnya, bisa langsung memutus aliran air sehingga tidak mengalir ke utara (Jakarta). “Jadi sebelum dia menggenangi orang di Jakarta, bisa disimpan di sana,” tambahnya.

Kendala lainnya adalah persoalan tanah. Hingga kini belum ada kepastian soal apakah kepemilikan tanah itu termasuk bagian bawah tanah atau hanya sebatas permukaan tanah. Jadi, menurutnya, sebelum membuat bendungan bawah tanah, perlu juga dilakukan penegasan persoalan tanah ini melalui undang-undang.

Menurutnya usulan pembuatan bendungan bawah tanah ini pernah diajukan ke Pemda DKI. Namun hingga kini belum ada tanggapan.

Dwi Riyanto Agustiar
Sumber:
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2007/02/21/brk,20070221-93900,id.html

areal resapan air(informatif)


Metode pembuatan areal peresapan air hujan merupakan koreksi perkembangan akhir-akhir ini dimana permukaan tanah pekarangan baik di perkotaan, pinggiran meupun pedesaan dilapisi dengan concrete paving block (konblok) yang dipasang rapat (Gambar 1a) atau dengan plesteran dari semen dan pasir. Hal ini berdampak pada penurunan koefisien resapan air hujan ke dalam tanah.

Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi dengan cara menutup perkerasan tanah dengan rumput atau bila diperlukan perkerasan dapat menggunakan porous paving block atau grass block (gambar 1b). Grass block dapat dipakai pada areal parkir, areal untuk pejalan kaki dan sebagainya.

Di pedesaan masyarakat memanfaatkan halaman rumahnya untuk mengeringkan hasil pertanian, misalnya, padi dan kacang-kacangan. Cara yang ditempuh adalah dengan membuat lantai jemur berupa plesteran dari semen dan pasir. Pada musim hujan, air hujan sama sekali tidak dapat meresap ke dalam tanah. Untuk itu maka disarankan untuk memasang porous paving block selebar 1 meter sebagai bingkai di sekeliling lantai jemur sehingga air hujan yang mengalir dari lantai jemur dapat meresap ke dalam tanah.

sistem agroforesty


kombinasi tanaman
Agroforestri adalah sistem penggunaan lahan (usahatani ) yang mengkombinasikan pepohonan dengan tanaman pertanian untuk meningkatkan keuntungan, baik secara ekonomis maupun lingkungan. Pada sistem ini, terciptalah keanekaragaman tanaman dalam suatu luasan lahan sehingga akan mengurangirisiko kegagalan dan melindungi tanah dari eros i ser ta mengurangi kebutuhan pupuk atau zat hara dari luar kebun karena adanya daur-ulang sisa tanaman.

Berikut ini diterangkan contoh beberapa sistem agroforestri.

1. Strip Rumput
Strip rumput merupakan bentuk peralihan dari sistem pertanian tanaman semusim menjadi sistem agroforestri. Strip rumput adalah barisan rumput dengan lebar 0,5-1 m dan jarak antar strip 4-10 m yang ditanam sejajar garis ketinggian (kontur). Pada tanah yang berteras, rumput ditanam di pinggir (bibir) teras. Jenis rumput yang cocok adalah rumput yang mempunyai sistem perakaran rapat dan dapat dijadikan hijauan pakan ternak, misalnya rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput BD (Brachiaria decumbens), rumput BH (Brachiaria humidicola), rumput pahit (Paspallum notatum) dan lain- lain. Adakalanya rumput akar wangi (Vetiveria zizanioides) digunakan juga sebagai tanaman strip rumput. Akar wangi tidak disukai ternak, tetapi menghasilkan minyak atsiri yang merupakan bahan baku pembuatan kosmetik.Keuntungan strip rumput:Mengurangi kecepatan aliran permukaandan erosiMemperkuat bibir terasMenyediakan hijauan pakan ternakMembantu mempercepat proses pembentukan teras secara alami.

2. Pertanaman Lorong
Sistem ini merupakan sistem pertanian di mana tanaman semusim ditanam pada lorong di antara barisan tanaman pagar yang ditata menurut garis kontur. Jenis tanaman yang cocok untuk tanaman pagar adalah tanaman kacang-kacangan (leguminosa) seperti, gamal (Flemingia congesta Gliricidia sepium), lamtoro (Leucaena leucocephala), danCalliandra callothirsus. Jarak antar baris tanaman pagar berkisar antara 4 sampai 10 m. Semakin curam lereng, jarak antar barisan tanaman pagar dibuat semakin dekat.


Keuntungan tanaman pagar:

  • Menyumbangkan bahan organik dan hara terutama nitrogen untuk tanaman lorong.
  • Mengurangi laju aliran permukaan dan erosi.

Kelemahan sistem tanaman pagar dan sistem strip rumput: 

  • Tanaman pagar atau strip rumput mengambil tempat 5-15% dari total luas lahan
  • Sering terjadi persaingan dengan tanaman lorong.
  • Kadang-kadang terjadi pengaruh alelopati (cairan atau gas yang dikeluarkan tanaman pagar yang mengganggu pertumbuhan tanaman lorong).
  • Kebutuhan tenaga kerja cukup tinggi untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman
  • pagar.
3. Pagar Hidup

Pagar hidup adalah barisan tanaman perdu atau pohon yang ditanam pada batas kebun. Bila kebun berada pada lahan yang berlereng curam, maka pagar hidup akan membentuk jejaring yang bermanfaat bagi konservasi tanah. Pangkasannya dapat digunakan sebagai sumber bahan organik atau sebagai
hijauan pakan ternak.

Jenis tanaman yang dipakai untuk pagar sebaiknya yang mudah ditanam dan mudah didapatkan bibitnya, misalnya gamal dengan stek, turi, lamtoro dan kaliandra dengan biji. Untuk tanaman pagar jenis leguminose perdu (lamtoro, gamal), ditanam dengan jarak antar batang ± 20 cm. Jarak yang rapat ini untuk menjaga agar tanaman pagar tidak tumbuh terlalu tinggi.

Keuntungan pagar hidup:
Melindungi kebun dari ternak Pangkasannya dapat dijadikan hijauan pakan ternak
Menjadi sumber bahan organik dan hara tanah
Menyediakan kayu bakar
Mengurangi kecepatan angin (wind break) 

4. Sistem Multistrata
Sistem multistrata adalah sistem pertanian dengan tajuk bertingkat, terdiri dari tanaman tajuk tinggi (seperti mangga, kemiri), sedang (seperti lamtoro, gamal, kopi) dan rendah (tanaman semusim, rumput) yang ditanam di dalam satu kebun (lihat gambar di halaman depan). Antara satu tanaman dengan yang
lainnya diatur sedemikian rupa sehingga tidak saling bersaing.

Tanaman tertentu seperti kopi, coklat memerlukan sedikit naungan, tetapi kalau terlalu banyak naungan pertumbuhan dan produksinya akan terganggu.

beberapa teknologi banjir saat ini(informatif)



http://www.vemale.com

berikut ini adalah beberapa teknologi ata sistem yang bisa diterapkan atau digunakan dalam menanggulangi banjir:

  • Agroforestry
  • Areal Peresapan Air Hujan
  • Bendungan Bawah Tanah
  • Budidaya Lorong
  • Daerah Konservasi Air Tanah
  • Dam Parit
  • Dam Pengendali (Check Dam)
  • Deep Tunnel Reservoir System
  • Embung
  • Guludan
  • Kolam / Balong
  • Kolam Konservasi Air Hujan.
  • Kolam Retensi
  • Lubang Galian Tanah
  • Lubang Resapan Biopori
  • Modifikasi Lansekap
  • Mulsa
  • Mulsa Vertikal (Slot Mulch)
  • Penampungan Air Hujan
  • Penanaman Dalam Strip
  • Pengolahan Tanah Minimum
  • Pengolahan Tanah/Penanaman Menurut Kontur
  • Polder
  • Rain Gardens
  • Retarding Basin
  • Revitalisasi Danau, Telaga, atau Situ
  • Rorak / Parit Buntu
  • Sabuk Resapan
  • Saluran / Parit Resapan
  • Sawah
  • Stormwater Detention Pond
  • Strip Penyangga Riparian
  • Strip Rumput
  • Sumur Injeksi
  • Sumur Resapan
  • Tanaman Penutup Tanah
  • Tanggul / Pagar Pekarangan
  • Teknologi Modifikasi Cuaca
  • Teras
  • Tirta Sangga Jaya (TSJ)
  • Waduk Pengendali Banjir
  • Waduk Resapan

pemerintah perlu memegang manajemen kualitas air(informatif)


Air putih

Air adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Karena itulah kualitas air yang baik menjadi kebutuhan yang tak terelakkan.

Adalah Dr Henry Palandeng, dosen fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi - Manado, yang baru saja menyelesaikan pendidikan S2 mengenai Waterquality Management - atau Manajemen Kualitas Air - di Unesco IHE - Delft.

"Bidang ini membahas cara kita mengatur kualitas air dengan cara tertentu, berdasarkan standard yang sudah ditetapkan. Jadi tentang bagaimana kita mencapai standard kualitas air yang baik," terang Dr Henry Palandeng. Yang masuk bidang kajian ini juga menyeluruh, mulai dari air sungai, sebagai air permukaan dan sumber air minum, sampai air sumur dalam dan dangkal.

Berlatar belakang ilmu kesehatan, Dr Henry Palandeng lebih memusatkan penelitiannya terhadap hubungan kualitas manajemen air dengan kesehatan masyarakat. "Jadi sejauh mana air yang kita konsumsi punya dampak terhadap kesehatan," terangnya lagi.

Yang juga menarik untuk diperhatikan adalah perkembangan manajemen kualitas air di Indonesia. "Perusahaan-perusahaan air di Indonesia sudah diprivatisasi alias dialihkan ke pihak swasta. "Sebenarnya sayang," kata Dr Henry, "Karena pemerintah tidak bisa lagi berbuat banyak untuk mengontrol kebijakan yang berkaitan dengan kualitas air."

Lalu bedanya kualitas air di Indonesia dan di Belanda? "Jelas jauh. Kualitas air di Belanda bisa dibilang yang terbaik di dunia. Kita sudah bisa minum langsung dari kran di sini," banding Dr Henry. Toh, ia optimis kualitas air di Indonesia akan bisa diperbaiki.

dari berbagai sumber

penjernihan air limbah(informatif)

Oleh : M. DJOKO SRIHONO

Pria ini lahir di Surakarta (Jawa Tengah) pada 13 Maret 1946. Sejak kecil gemar mengamati dan meneliti. Pada suatu pagi, ia memperhatikan ibunya yang sedang memasak. Diperhatikannya, bila sayur yang dimasak ibunya terlalu asin maka ibunya akan menambahkan kentang ke dalam sayur itu. Tersimpul dalam pikirannya, ternyata kentang bisa mengurangi rasa asin. Lalu ia mencoba membuat sendiri sari kentang yang kemudian ia pakai untuk mengurangi rasa asin. Ternyata keasinan tidak berkurang. Perhatiannya beralih pada pati kentang yang digunakan untuk membuat sari kentang tadi. Maka kemudian tepung pati kentang dicobanya, ternyata berhasil.

Adalah suatu budaya yang lazim, para lelaki di lingkungannya memelihara burung perkutut. Setiap sangkar burung biasanya memiliki tempat air minum dan biasanya diberi tumbuhan patah tulang (Eforbia ferocalli). Hal ini menarik perhatiannya. Kemudian ia mengetahui bahwa pemberian jenis tumbuhan tsb ternyata dapat mencegah timbulnya bau akibat kontaminasi air dan makanan burung. Ia tidak berhenti sampai di situ. Ia pun mencoba dengan berbagai tumbuhan lainnya. Jelaslah, ia sudah memiliki bakat dan perhatian untuk menjadi inovator.

Pendidikan yang dijalani mengantarnya sampai ke jenjang perguruan tinggi, yaitu Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Di sini ia bertemu dengan seorang teman yang juga gemar meneliti. Temannya ini seorang perokok berat. Karena uang sakunya tak mencukupi, terpaksa kadangkala mengkonsumsi tembakau bekas puntung rokok yang harganya lebih murah. Tentu saja yang murah belum tentu nikmat. Itulah yang terjadi pada tembakau bekas itu. Namanya saja bekas, sehingga rasa bekas sukar hilang dari tembakau itu. Jadilah sepasang sahabat ini meneliti cara menghilangkan rasa bekas dari tembakau puntung rokok itu. Fakultas farmasi membuatnya mengerti kimia dan membukakan pintu untuk meneliti apapun. Tak kurang dari itu, ia jadi mengetahui hampir semua sifat dari senyawa kimia yang ada. Kalaupun ada yang belum sempat diketahuinya, itu adalah kimia polimer. Tetapi itu tidak mengurangi kreatifitasnya. Kali berikutnya, ia dihadapkan pada masalah pengadaan air.

Banyak masyarakat di Indonesia dihadapkan pada masalah pengadaan air. Banyak pula diantara mereka terpaksa menggunakan air permukaan seperti air rawa/gambut, sungai, telaga dan air genangan/kubangan. Ini biasanya terjadi di daerah Kalimantan, Riau, Papua, Bangka dan sebagainya. Penggunaan air yang demikian secara higienis tentu tidak layak. Selain masalah ketercemaran air oleh zat kimia dan jasad renik yang merugikan, air tersebut juga tidak jernih. Untuk menjernihkan air, cara yang biasa dipakai adalah menggunakan tawas dan kapur yang bisa mengendapkan kotoran pengeruh air. Tetapi masalahnya tidak semua air bisa dijernihkan dengan cara itu, misalnya air rawa/gambut yang berwarna coklat kemerahan. Lagipula tawas adalah bahan kimia yang tidak selalu tersedia di pedesaan Indonesia. Terlebih lagi kapur yang diperlukan untuk menurunkan kadar asam (pH) air rawa/gambut hingga layak guna.

berangkat dari masalah yang ada itu, mulailah ia mencari kemungkinan penggunaan bahan lokal yang bisa digunakan. Inilah cara unik dari Djoko yang lulusan fakultas farmasi. Ia berimajinasi. Jadilah proses uji coba dan reaksi yang biasanya di laboratorium berpindah ke laboratorium imajinerdi otak Djoko. Ia cukup mengkhayalkan: bahan kimia ini yang sifatnya begini direaksikan dengan bahan kimia itu yang sifatnya begitu maka diperkirakan hasil reaksinya adalah anu. Setelah cukup yakin dengan imajinasinya itu, barulah ia melakukan percobaan reaksi yang sesungguhnya. Imajinasi ini tentunya ditunjang oleh pengetahuan yang memadai tentang sifat-sifat berbagai senyawa kimia yang diketahuinya semasa kuliah. Dengan cara demikian ia menghemat biaya yang biasanya diperlukan untuk pengadaan alat dan bahan percobaan.

Menurut Djoko, biasanya orang masih menggunakan tawas atau ferri klorida (FeCl3) untukmenjernihkan air. Memikirkan tentang penjernihan air membawanya kepada suatu logika. Logika ini menurut Djoko belum terpikirkan orang lain yang berkecimpung di masalah penjernihan dan pemurnian air. Yaitu bahwa pada dasarnya kekeruhan air disebabkan oleh senyawa kimia, karena itu penting sekali dipahami bentuk molekul senyawa tersebut untuk kemudian dicari gugus molekul yang bisa “diganggu”. Kalau gugus molekul itu bisa “diganggu” maka keseluruhan molekul senyawa akan goyah. Bila ini terjadi maka pengotor itu bisa dipisahkan dari air dan air menjadi jernih.

Dengan logika seperti itu, Djoko cukup optimis untuk mengatakan, “Sanggup menjernihkan air limbah apa saja kecuali limbah nuklir dan limbah polimer karena saya belum belajar tentang itu”. Penjernih air sebagai solusi, menurut pandangannya harus memenuhi syarat: mudah dan murah. Mudah berarti tidak diperlukan keahlian khusus dan prosedur yang rumit untuk melaksanakannya. Murah berarti biaya yang diperlukan relatif tidak mahal. Memang itulah kenyataannya. Djoko menjelaskan untuk menjernihkan air sebanyak 1 m3 (1.000 liter) dibutuhkan 2 gram formula penjernih temuannya. Bandingkan dengan pemakaian 200 gram air kapur yang diperlukan untuk mengolah air gambut sebanyak jumlah yang sama.

Tidak hanya formula penjernih, tetapi Djoko juga telah merancang alat yang digunakan untuk menjernihkan air. Alat tersebut berupa tabung atau pipa pencampur terbuat dari bahan PVC atau paralon sepanjang + 50 cm dengan tiga lobang yang diberi tiga selang plastik. Ketiga selang tersebut nantinya masing-masing untuk dihubungkan dengan larutan formula penjernih, larutan tawas dan larutan kaporit sebagai disinfektan bila diperlukan. (Erwan R)

Sumber: Majalah Zaitun Khatulistiwa, Agustus 2005.

hujan asam(informatif)


Hujan asam didefinisikan sebagai segala macam hujan dengan pH di bawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Istilah Hujan asam pertama kali diperkenalkan oleh Angus Smith ketika ia menulis tentang polusi industri di Inggris). Tetapi istilah hujan asam tidaklah tepat, yang benar adalah deposisi asam

Deposisi asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk surful dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman. Usaha untuk mengatasi hal ini saat ini sedang gencar dilaksanakan.

Deposisi asam ada dua jenis, yaitu deposisi kering dan deposisi basah. Deposisi kering ialah peristiwa terkenanya benda dan mahluk hidup oleh asam yang ada dalam udara. Ini dapat terjadi pada daerah perkotaan karena pencemaran udara akibat kendaraan maupun asap pabrik. Selain itu deposisi kering juga dapat terjadi di daerah perbukitan yang terkena angin yang membawa udara yang mengandung asam. Biasanya deposisi jenis ini terjadi dekat dari sumber pencemaran.

Deposisi basah ialah turunnya asam dalam bentuk hujan. Hal ini terjadi apabila asap di dalam udara larut di dalam butir-butir air di awan. Jika turun hujan dari awan tadi, maka air hujan yang turun bersifat asam. Deposisi asam dapat pula terjadi karena hujan turun melalui udara yang mengandung asam sehingga asam itu terlarut ke dalam air hujan dan turun ke bumi. Asam itu tercuci atau wash out. Deposisi jenis ini dapat terjadi sangat jauh dari sumber pencemaran.

Hujan secara alami bersifat asam karena Karbon Dioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang.

Pada dasarnya Hujan asam disebabkan oleh 2 polutan udara, Sulfur Dioxide (SO2) dan nitrogen oxides (NOx) yang keduanya dihasilkan melalui pembakaran. Akan tetapi sekitar 50% SO2 yang ada di atmosfer diseluruh dunia terjadi secara alami, misalnya dari letusan gunung berapi maupun kebakaran hutan secara alami. Sedangkan 50% lainnya berasal dari kegiatan manusia, misalnya akibat pembakaran bahan bakar fosil (BBF), peleburan logam dan pembangkit listrik. Minyak bumi mengadung belerang antara 0,1% sampai 3% dan batubara 0,4% sampai 5%. Waktu BBF di bakar, belerang tersebut beroksidasi menjadi belerang dioksida (SO2) dan lepas di udara. Oksida belerang itu selanjutnya berubah menjadi asam sulfat (Soemarwoto O, 1992).

Menurut Soemarwoto O (1992), 50% nitrogen oxides terdapat di atmosfer secara alami, dan 50% lagi juga terbentuk akibat kegiatan manusia, terutama akibat pembakaran BBF. Pembakaran BBF mengoksidasi 5-50% nitrogen dalam batubara ,40-50% nitrogen dalam minyak berat dan 100% nitrogen dalam mkinyak ringan dan gas.Makin tinggi suhu pembakaran, makin banyak Nox yang terbentuk.

Selain itu NOx juga berasal dari aktifitas jasad renik yang menggunakan senyawa organik yang mengandung N. Oksida N merupakan hasil samping aktifitas jasad renik itu. Di dalam tanah pupuk N yang tidak terserap tumbuhan juga mengalami kimi-fisik dan biologik sehingga menghasilkan N. Karena itu semakin banyak menggunakan pupuk N, makin tinggi pula produksi oksida tersebut.

Senyawa SO2 dan NOx ini akan terkumpul di udara dan akan melakukan perjalanan ribuan kilometer di atsmosfer, disaat mereka bercampur dengan uap air akan membentuk zat asam sulphuric dan nitric. Disaat terjadinya curah hujan, kabut yang membawa partikel ini terjadilah hujam asam. Hujan asam juga dapat terbentuk melalui proses kimia dimana gas sulphur dioxide atau sulphur dan nitrogen mengendap pada logam serta mengering bersama debu atau partikel lainnya

sumber:wikipedia

forum World Water Week 2010(informatif)


Masalah kualitas air dibahas dalam forum World Water Week 2010 yang berlangsung 5-11 September 2010 di Stockholm, Swedia. Dalam forum itu berkumpul 2.500 pakar dari 130 negara.

Isu yang dibahas, antara lain, penyebaran penyakit terkait air, polusi bahan kimia, serta kondisi sungai dan danau di negara berkembang.

Seperti tertuang dalam UN World Water Development Report (2009), saat ini lebih dari 80 persen air limbah di negara berkembang dibuang tanpa diolah sebelumnya sehingga mencemari sungai, danau, dan pesisir. Kurangnya sanitasi serta minimnya air bersih penyebab 88 persen kasus diare di dunia yang membawa kematian dini 1,8 juta orang setiap tahun—90 persen berusia di bawah lima tahun.

Direktur World Water Week Jens Berggren mengatakan, ”Secara fisik, air tersedia. Persoalannya ialah manajemen air. Tapi, bisa dipecahkan.”

Biaya investasi untuk infrastruktur, penyediaan, dan distribusi air dipandang sebagai beban oleh banyak pemerintah. Padahal, setiap investasi 1 dollar AS untuk penyediaan air dan sanitasi akan kembali 34 dollar AS. Manajemen sumber daya air ikut menumbuhkan perekonomian karena mengurangi biaya akibat polusi dan bencana.

Sementara itu, perubahan iklim juga berpengaruh terhadap manajemen air.

Berggren mengatakan, hujan yang sulit diprediksi adalah malapetaka dan membuat pengelolaan air kian sulit.

”Ini sudah terlihat di Pakistan dan Rusia,” ujarnya. Rusia, misalnya, baru mengalami musim paling panas dalam sejarah.

Jam Lundqvist, Kepala Stockholm International Water Institute’s Scientific Programme Committee, mengatakan, akibat sulitnya prediksi cuaca, perlu investasi besar untuk

beragam model penyimpanan air. Sekitar 66 persen lahan pertanian di Asia bukan sistem irigasi dan di Afrika sekitar 94 persen lahan mengandalkan curah hujan. Sekitar 500 juta orang di Afrika dan India akan mendapat manfaat dari manajemen air pertanian.(AFP/www.worldwaterweek.org/ www.unep.org/INE)

http://cetak.kompas.com/read/2010/09/08/

robot pemantau kualitas air(informatif)

Untuk mengawasi kualitas air di California,Amerika Serikat, sebuah tim telah mengembangkan robot khusus. Robot ini tidakhanya bisa berenang di air, tapi juga dikembangkan untuk mengirimkan tweettemuannya. Dengan menggunakan Jaringan Sensor Terapung, peneliti University of California, Berkeleyini mengukur kualitas air. Jaringan ini merupakan pendekatan baru untukmengukur kualitas air.
Lokasi mengirim laporan ke unit mobile yangdapat memantau berbagai lokasi. Sistem pemantauan air ini dapat digunakandi lingkungan muara maupun sungai, sertadapat diintegrasikan ke dalam infrastruktur pemantauan air yang ada. Menurut Treehugger.com, tim yang dipimpin olehAlexandre Bayen dari Information Technology Research Interest of Society(CITRIS) melepas 100 robot ke Sungai Sacramento beberapa waktu yang lalu
Sistem sungai Sacramento-San Joaquin memegangdua pertiga dari keseluruhan air tawar dalam kawasan tersebut. Sebagian besarpenduduk California memanfaatkannya sebagai air minum dan pasokan irigasi. Pengendalian dengan robot memberikan pemahamanyang lebih dinamis dan rinci tentang keadaan air sungai. Robot tersebutdilengkapi dengan unit GPS, mengambang, dan bergerak bebas di air denganbaling-baling. Bahkan, robot-robot tersebut menggunakan Twitter untukmelaporkan apa yang mereka menemukan, dengan akun @fsnandroid61.
Untuk saat ini, robot terbaru yangdirilis mengukur aliran salinitas dan pencemaran air. Robot versi selanjutnyadapat dimodifikasi untuk menguji berbagai bahan kimia. Akan dirilis pula robotyang berfungsi menghadapi situasi darurat, seperti kegagalan tanggulatau tumpahan zat pencemar. Robot tersebut bertugas untuk memberikan rincianapa yang terjadi secara real-time.
sumber:petualangan unik

erupsi gunung berapi dapat mempengaruhi kualitas air(informatif)


Erupsi yang dialami beberapa gunung berapi di Indonesia dapat mempengaruhi kualitas air menjadi tidak baik untuk kesehatan sehingga perlu mendapat perhatian dari produsen air minum, kata ahli hidrogeologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Yogyakarta Prof Dr Sari Bahagiarti.

"Terjadinya sejumlah erupsi di beberapa gunung berapi menyebabkan terjadinya perubahan kualitas air yang biasa diambil produsen air minum," kata Prof Sari dalam diskusi bertema "Air Adalah Kebaikan Alam dan Manfaatnya Bagi Tubuh" yang diadakan oleh Danone Aqua di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, sebelum terjadi erupsi memang kualitas air di pegunungan vulkanik sangat baik sehingga banyak produsen air memanfaatkan keberadaan sumber air untuk selanjutnya dikonsumsi masyarakat.

Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan, katanya, air yang berada di pegunungan yang sedang mengalami erupsi terjadi perubahan struktur, seperti meningkatkan kandungan mineral, zat besi yang tinggi yang tidak baik untuk kesehatan.

Meskipun demikian, dia mengakui bahwa sumber air minum yang terbaik adalah yang berasal dari mata air pegunungan vulkanik yang berasal dari air tanah dalam.

Hal ini, menurutnya, sesuai hasil penelitian mata air pegunungan vulkanik relatif bebas pencemaran, mengandung mineral alami yang seimbang dan memenuhi ketiga syarakat karakteristik sumber air tanah yang baik, yaitu kualitas, kuantitas dan kontinuitas.

ari sisi kualitas, sumber air minum harus memenuhi standar tiga pengukuran yaitu sifat fisik, kimiawi dan biologis, sementara dari sisi fisik air minum tidak boleh berwarna, berbau, berasa dan keruh.

Dia mengatakan dari aspek kimiawi, bahan air minum tidak boleh mengandung logam berat ataupun zar beracun seperti senyawa hidrokarbon dan deterjen. "Sedangkan dari aspek bilogis, air minum tidak boleh mengandung mikroba, khususnya bakteri entamoeba koli," kata Sari.

Menurutnya, sebesar dua pertiga permukaan bumi diselimuti air dan dari jumlah itu 97% air tidak bisa dikonsumsi karena merupakan air laut dan tiga persen merupakan air tawar.

Dari sebesar tiga persen tersebut, menurut Sari, dua persen merupakan air beku yang berada di kutub dan yang dapat dikonsumsi sebesar satu persen. "Dari satu persen tersebut tidak semuanya bersih dan 0,62% air dapat dikonsumsi dan diperebutkan oleh 6,7 miliar jiwa di dunia," katanya.

Untuk itu, menurut dia salah satu cara agar keberadaan air bersih layak dikonsumsi dapat terjaga adalah dengan menjaga kelestarian hutan dan menjaga lingkungan yang harus dilakukan secara bersama-sama.

Sementara itu produsen air minum Danone Aqua dalam kesempatan tersebut menjamin bahwa air yang diproduksi dan beredar di pasaran aman dikonsumsi masyarakat sehingga tidak perlu ada keragu-raguan walaupun air yang diperoleh berasal dari pegunungan.

"Air minum kami yang diperoleh dari pegubungan sebelumnya telah melalui berbagai tahapan pemeriksaan yang ketat dan ada standar tertentu yang harus dipenuhi," kata Water Resource Manager Danone Aqua Wahyu Triharja.

Menurutnya, perusahaan menggunakan pendekatan dan aplikasi studi hidrogeologis, ilmu yang mempelajari penyebaran dan pergerakan air tanah di dalam tanah dan batuan, untuk seleksi sumber air.

"Sumber mata air harus memenuhi sembilan kriteria yang sangat spesifik termasuk debit air, parameter fisik, kimia, dan biologi," katanya. (gor/ant)

sumber:http://www.investor.co.id

Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan



deskripsi kota semarang
Kota Semarang merupakan ibu kota Propinsi Jawa Tengah. Kota ini terletak di Pantai Utara Jawa. Kota Semarang berfungsi sebagai pusat pemerintahan, industri, perdagangan, pendidikan sekaligus pusat pariwisata.

Seperti banyak kota besar di Indonesia, sebagian wilayah Kota Semarang terletak di dataran pantai atau delta yaitu Delta Garang. Pertumbuhan ekonomi dan penduduk membutuhkan lahan dan sumberdaya. Lahan dan air merupakan dua sumberdaya yang paling berharga, dan paling dibutuhkan oleh setiap mahluk hidup di bumi. Kedua sumberdaya tersebut saling pengaruh-mempengaruhi, perubahan yang satu akan berdampak pada satunya dan sebaliknya.

Perkembangan Kota Semarang dimulai dari wilayah dataran rendah (dekat pantai), yang sudah dikenal sebagai kota pelabuhan sejak abad ke 15, saat ini sudah menjadi kawasan padat (dikenal sebagai kota lama), sehingga perkembangan kota bergerak ke arah barat, timur, dan selatan. Kawasan perbukitan di selatan, yang secara alamiah berfungsi sebagai kawasan lindung dan/atau kawasan resapan, sudah mulai terkoyak, bahkan tampaknya perkembangan kota makin terfokus ke arah selatan, khususnya yang berkaitan pengembangan kawasan hunian. Perkembangan yang tak terkendali akibat lemahnya kontrol, dan mengabaikan daya dukung lingkungan serta kelestariannya, di wilayah selatan ini telah menimbulkan perubahan tata hidrologi air mikro kawasan, dampaknya terhadap sistem drainase dan pengendalian banjir sudah dirasakan bersama oleh warga kota.

Sebagai ibu kota Propinsi Jawa Tengah, Kota Semarang mengalami perkembangan yang cepat. Pertumbuhan penduduknya cukup tinggi, terutama akibat urbanisasi dari wilayah di sekitarnya, sehingga pada tahun 2000 penduduknya telah tumbuh menjadi 1.309.752 orang. Disamping penyediaan lapangan kerja, pertumbuhan penduduk yang tinggi juga menuntut penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang cukup. Kelambatan dalam penyediaan prasarana dan sarana perkotaan yang memadai akan menimbulkan permasalahan kota yang serius.

beberapa aspek utama yang perlu diperhatikan untuk menciptakan drainase yang berkelanjutan
-Letak Geografis dan Tata Guna Lahan

-iklim

-penggunaan air penduduk

-kependudukan

Sumber: http://www.mafiosodeciviliano.com

jenis-jenis tanah(informatif)


Fraksi - frkasi tanah (Jenis tanah berdasarkan butir) :

1). kerikil (gravel) > 2,00 mm

2). pasir (sand) 2,00 - 0,06 mm

3). lanau (silt) 0,06 - 0,002 mm

4). lempung (clay) < 0,002 mm

Pengelompokan jenis tanah dalam praktek berdasarkan campuran butir :

1). Tanah berbutir kasar adalah tanah yang sebagian besar butir - butir tanahnya berupa pasir dan kerikil.


2). Tanah berbutir halus adalah tanah yang sebagian besar butir - butir tanahnya berupa lempung dan lanau.

3). Tanah organik adalah tanah yang cukup banyak mengandung bahan- bahan organik.

Pengelompokan tanah berdasarkan sifat lekatnya :

1). Tanah Kohesif adalah tanah yang mempunyai sifat lekatan antara butir - butirnya (tanah lempung = mengandung lempung cukup banyak).

2). Tanah Non Kohesif adalah tanah yang tidak mempunyai atau sedikit sekali lekatan antara butir - butirnya (hampir tidak mengandung lempung misal pasir).

3). Tanah Organik adalah tanah yang sifatnya sangat dipengaruhi oleh bahan - bahan organik (sifat tidak baik).

Perbedaan Batu dan Tanah

Batu merupakan kumpulan butir - butir mineral alam yang saling terkait erat dan kuat. Sehingga sukar untuk dilepaskan. Sedangkan tanah merupakan kumpulan butir - butir mineral alam yang tidak melekat atau melekat tidak erat, sehingga sangat mudah untuk dipisahkan. Sedangkan Cadas adalah peralihan antara batu dan tanah.

sumber: http://www.mafiosodeciviliano.com