Pratinjau

1 Nov 2012

Gambaran Permasalahan PDAM


Menurut buku Direktori Perpamsi 2010, jumlah badan dan perusahaan penyelenggara air bersih/air minum perpipaan seluruh Indonesia per Agustus 2010 adalah sebanyak 401

yang terdiri dari: 381 PDAM/PDAB/PAM/PD/PERUSDA, 10 dibawah Dinas PU : BDAM/BPAM/BPAB/BLUD/UPT-AM, dan 10 perusahaan swasta berbentuk PT, dengan jumlah pelanggan seluruhnya sebanyak lebih 8 juta pelanggan.

Jika dibandingkan dengan tahun 2006 jumlah badan/ perusahaan adalah sebanyak 336 dengan jumlah pelanggan sebanyak lebih 6,9 juta. Jumlah kenaikan dalam waktu empat tahun cukup signifikan.

Adapun 10 perusahaan air minum swasta adalah : PT. Adhya Tirta Batam (Batam), PT. Aetra Air Jakarta (DKI), PT.PAM Lyonnaise Jaya (DKI), PT. Krakatau Tirta Industri (Cilegon), PT. Anindya (Sleman), PT. Tirta Artha Buana Mulia (Nusa Dua, Bali), PT. Air Manado (Manado), PT. Wedu Merauke (Merauke), PT. War Bes Rendi (Biak Numfor), dan PT. Tirta Remu (Sorong).

Kelas Besar

Ada 12 perusahaan air minum yang masuk golongan kelas besar yaitu yang memiliki pelanggan diatas 100.000 pelanggan. Berikut ini adalah nama perusahaan air minum tersebut berikut angka tingkat kehilangan airnya (losses) :

PAM Jaya (PT.Aetra dan PT. Palyja) DKI Jakarta, jumlah pelanggan 795 ribu pelanggan dan tingkat kehilangan airnya (losses) 47 persen. PDAM Surya Sembada Kota Surabaya 403 ribu pelanggan dan losses 34 persen lebih. PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara 397 ribu pelanggan dan losses 24 persen lebih. PT. AdhyaTirta Batam 175.627 pelanggan dan losses 29 persen.

PDAM Tirta Moedal Kota Semarang 152.733 pelanggan dan losses 55 persen. PDAM Kota Makassar 148 ribu lebih pelanggan dan losses 44,44 persen. PDAM Tirta Wening Kota Bandung 144 ribu pelanggan dan losses 42 persen. PDAM Tirta Bhagasari Bekasi 142 ribu pelanggan dan losses (data tidak tersedia).

PDAM Tirta Musi Kota Palembang 141.652 pelanggan dan losses 41 persen lebih. PDAM Tirta Kahuripan Kabupaten Bogor 121.973 pelanggan dan losses 33 persen. PDAM Bandarmasih Kota Banjarmasin sekitar 119 ribu pelanggan dan losses 28,88 persen, PDAM Tirta Kerta Raharja Kabupaten Tangerang 103 ribu pelanggan dan losses 10,41 persen.

Adapun rata-rata kehilangan air nasional adalah sebesar 31,92 persen. Total kapasitas produksi terpasang 160.654 liter/detik. Rata-rata tarif dasar permeter kubik adalah sebesar Rp.1.673. Rasio karyawan dan pelanggan 1 : 157.

Dari sisi klasifikasi perusahaan yakni 212 perusahaan (53,1 persen) termasuk Tipe A (Jumlah pelanggan sampai dengan 10 ribu), 136 perusahaan (34 persen) termasuk Tipe B (jumlah pelanggan 10.001 sampai dengan 30 ribu), 20 perusahaan 5 persen) termasuk Tipe C (jumlah pelanggan 30.001 sampai dengan 50 ribu), 19 perusahaan (4,8 persen) termasuk Tipe D (jumlah pelanggan 50.001 sampai dengan 100 ribu), 12 perusahaan (3 persen) termasuk Tipe E (jumlah pelanggan lebih dari 100 ribu).

Permasalahan PDAM

Menurut pengamat masalah-masalah yang terdapat dalam PDAM antara lain adalah sebagai berikut : Utang jangka panjang yang tidak terbayar, angka kehilangan air yang tinggi, kesulitan air baku, tarif tidak full cost recovery, SDM tidak kompeten, infrastruktur minim, biaya operasional tinggi, kurang dukungan stakeholder dan regulasi yang menghambat.

Masalah air baku menyangkut kualitasnya vang memburuk. Sumber air permukaan yang dimanfaatkan PDAM saat ini banyak yang tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga, juga sedimentasi yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan di hulu sungai.

Keadaan ini memperberat biaya dan proses pengolahan air. Kemudian adanya konflik antar wilayah dalam pemanfaatan air baku turut memperparah situasi

Di bidang kehilangan air (rata - rata nasional 31,92 persen) menjadi salah satu penyebab PDAM menjadi tidak sehat. Banyak PDAM yang masih memiliki jaringan pipa peninggalan zaman Belanda yang sudah korosif yang menyebabkan kebocoran dan banyak pula meteran air yang sudah tidak akurat lagi.

Dalam bidang biaya operasional yang terasa tinggi adalah biaya listrik, bahan bakar solar, dan bahan kimia, terutama tarif listrik yang dibebankan kepada PDAM adalah tarif industri (B to B), sedangkan mayoritas pelanggan PDAM adalah golongan tarif rumah tangga (sekitar 90 persen dari total pelanggan). PDAM juga-banyak menggunakan bahan bakar solar yang dikenakan tarif industri yang mahal.

Di bidang tarif air minum yang tidak full cost recovery. Upaya-upaya penyesuaian tarif selalu mendapat hambatan yang tak disetujui stakeholder, terutama pihak DPRD yang selalu mengatakan purchasing power dari masyarakat masih lemah, sehingga harga jual selalu lebih rendah dari harga pokok pengolahan air minum.

Dalam bidang SDM, pada umumnya kompetensinya masih rendah dikarenakan rekruitmennya yang tidak tepat dan banyak titipan. Di samping itu tidak disediakan anggaran untuk pelatihan pegawai dalam upaya meningkatkan kualitasnya. Disamping itu banyak tenaga honor yang tidak terampil termasuk perekrutan mantan anggota Direksi dan pensiunan pegawai yang sudah reyot (jadi parasit saja).

Untuk bidang utang jangka panjang permasalahan utang adalah pada waktu mengajukan permohonan kredit, jumlahnya terlalu besar bila dibandingkan dengan kebutuhannya, sehingga mengalami kesulitan dalam membayar cicilannya.

Pemecahannya

Semestinya tentang jalan keluarnya adalah menjadi salah satu tugas anggota Dewan Pengawas PDAM. Pemecahan itu antara lain sebagai berikut. Perda tentang kewajiban menyetor PAD di revisi dan retribusi-retribusi air ditiadakan.

Sosialisasi penyesuaian tarif kepada DPRD dan masyarakat pelanggan yang didukung oleh owner (Pemerintah Daerah). Revisi Permendagri yang membuat aturan menyangkut kesejahteraan pegawai, bukan hanya kesejahteraan Direksi dan Dewan Pengawas.

DPR-RI segera melakukan perubahan RUU BUMD yang baru, dimana PDAM mempunyai kepentingan di dalamnya. PLN memberikan tarif khusus kepada PDAM. PDAM ditempatkan sebagai perusahaan dan bukan sebagai Dinas yang bisa diutak atik sehingga operasionalnya berjalan sehat.

Kemudian dilakukan kerjasama operasional (KSU) antara PDAM yang kuat dengan beberapa PDAM yang lemah. Setiap pemekaran daerah pemerintah kota dan kabupaten tidak serta merta mendirikan PDAM, tetapi bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota induk

Walaupun PDAM yang ada sekarang ini yang masuk kategori sehat 30 persen dan kategori kurang sehat/sakit 70 persen (audit BPKP tahun 2009 ), kita masih mempunyai "harapan" lima tahun kedepan (2015) perbandingan itu bisa terbalik yaitu kategori sehat 70 persen dan kategori tidak sehat/sakit 30 persen.

Seorang penyair India pernah mengatakan : "Apaa Sabkuj Guaa Sak De Haa, Par Ashani Shedeniaa Chahi Thiaa, Queke Asa Insan Thi Jinthegi Weche Bohoth Hub Suret Hunthia He". Artinya : "Kita bisa kehilangan apa saja, tetapi jangan sampai kehilangan harapan, karena harapan adalah sesuatu yang paling indah dalam hidup kita".

sumber:Analisa Daily 29 Desember 2010

Akses air bersih

Akses terhadap air bersih merupakan salah satu masalah terbesar di Indonesia. Menurut Millenium Development Goals (MDGs) Report 2007, diterbitkan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, pipa air dapat diakses oleh 30,8 persen rumah tangga di kota-kota negara dan 9 persen di desa-desa.

angka tersebut menunjukkan keterbatasan penyedia layanan air kota itu, PDAM.

Kurangnya investasi dalam air bersih adalah salah satu alasan PDAM untuk memberikan jangkauan yang terbatas. Berdasarkan pernyataan pemerintah, untuk memenuhi target MDGs pada tahun 2015, Indonesia memerlukan Rp 43 triliun (US $ 4,6 miliar) dalam pendanaan air bersih. Pemerintah saat ini menyediakan Rp 500 miliar. Untuk menutup kesenjangan pendanaan, pemerintah mengharapkan investasi swasta di infrastruktur air minum. Menarik investasi swasta di air bersih bukanlah tugas yang mudah. Antara tahun 1990-2006, ada proyek kolaborasi hanya 26 antara PDAM dan perusahaan swasta. Kemitraa publik-swasta ini hanya terjadi di kota-kota besar dan daerah industri.Apakah kemitraan telah menyampaikan peningkatan pelayanan yang efisien dan efektif yang dijanjikan masih bisa diperdebatkan. Sebagian orang mengatakan bahwa kemitraan publik-swasta tidak dapat dilaksanakan karena komplikasi hukum. Juga, sektor swasta membutuhkan jaminan pengembalian pada investasi. Di sisi lain, infrastruktur air bersih tidak menarik bagi investor sebagai energi dan telekomunikasi. Kebutuhan dana air bersih adalah sesuatu yang tidak bisa ditutupi oleh investasi swasta. Di Indonesia, sebagian besar PDAM memiliki skala kecil utilitas ekonomi dan karena itu tidak menarik bagi investor.


Tidak ada bukti untuk menyarankan investor swasta akan meningkatkan efisiensi dan efektivitas pelayanan air, sedangkan pemerintah memiliki kewajiban untuk melakukannya. Meningkatkan dana publik untuk infrastruktur air bersih adalah pendekatan yang paling rasional untuk Indonesia. Upaya ini harus dimulai dengan analisis kebutuhan penduduk setempat. Hal ini harus dilakukan melalui proses yang demokratis dan partisipatif. Ada sumber daya dan mekanisme pemerintah bisa terapkan untuk meningkatkan pendanaan air bersih, seperti anggaran negara dan lokal, hibah, obligasi pemerintah dan kemitraan masyarakat-masyarakat Dalam rangka untuk menggunakan sistem hibah, pemerintah harus meningkatkan manajemen proposal dan jelas fokus pada kebutuhan riil dalam rangka memperluas pelayanan air bersih. PDAM bisa menggunakan dana yang ada lebih efisien. Jika dapat mengurangi kebocoran dari 40 persen menjadi 20 persen, itu akan memiliki dana lebih pakai untuk berinvestasi di bidang infrastruktur. PDAM harus menggunakan prinsip pemulihan biaya, selama biaya tidak diteruskan kepada konsumen. Biaya prinsip pemulihan juga harus didukung dengan mekanisme subsidi yang tepat. investasi Obligasi adalah instrumen pinjaman tradisional untuk pelayanan publik.Mekanisme kebutuhan kondisi, seperti struktur permodalan yang kuat di tingkat lokal. kemitraan Komunitas-publik adalah mekanisme yang paling realistis yang dapat diterapkan oleh PDAM. Ada banyak utilitas PDAM menyediakan hidran air dan terminal, yang kini dikelola oleh masyarakat lokal. Sayangnya, mekanisme ini tidak selalu berhasil, meskipun beberapa utilitas PDAM masih mampu menjalankan mekanisme dengan baik.

Beberapa mekanisme di tempat sekarang melakukan membantu akses air bersih masyarakat miskin dengan harga terjangkau. Yang paling penting adalah untuk memastikan mekanisme berjalan dengan baik

pengeboran air

ada beberapa pengeboran air bersih yang telah dilakukan indoboor. namun hanya bebebrapa yang dimuat dalam blog ini. misalnya.
pengeboran air di Universitas Pamulang. Universitas Pamulang memiliki jumlah mahasiswa yang banyak. sehingga kebutuhan air untuk menunjang kegiatan kampus pun sangat besar. sehinngga diperlukan debit air yang besar pula. maka dilakukan pengeboran air dengan casing 5" dan pompa sumsible yang mampu menghasilkan debit air yang cukup untuk menunjang kegiatan kampus tersebut.
pengeboran air di komleks Greenhills ciputat. yang dahulunya merupakan bekas rawa. pada umumnya konidisinya kuning dan bau. maka kami lah solusinya untuk memperoleh air bersih dan sehat.

Strategi pembagian air


Untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam implementasi pembagian air secara proporsional, Indonesia dapat mengambil pelajaran dari pengalaman negara-negara Eropa, seperti Perancis, dalam implementasi pembagian air secara proporsional untuk berbagai sektor yang dilengkapi dewan pengawas dan dewan pelaksana alokasi air. Komposisinya terdiri atas elemen masyarakat yang merupakan wakil petani, pengusaha, birokrat, parlemen, cendekiawan, dan LSM. Komposisi tersebut memungkinkan terjadinya pengawasan berlapis, baik dalam implementasi maupun tanggung jawab dalam pendayagunaan sumber daya air. Transparansi ini dapat mengoptimalkan akses, kontrol, dan partisipasi masyarakat dalam pendayagunaan sumber daya air.

Perlu pula dibuat perencanaan jangka panjang yang melibatkan semua pemangku kepentingan, baik yang mencakup aspek teknis, finansial, maupun social budaya. Identifikasi secara cermat dan transparan sangat diperlukan untuk mengetahui potensi sumber daya air menurut ruang dan waktu, baik yang konvensional maupun yang nonkonvensional, dan kebutuhan riil antarsektor dan subsektor. Dengan menggunakan persamaan matematis real time dengan data seri yang panjang dapat dibuat skenario yang lebih akurat antara pasokan air dan alokasi penggunaannya secara terintegrasi, baik kuantitas maupun kualitasnya. Skenariotersebut akan dapat menjawab pertanyaan bagaimana jika pasokan air turun. Alternatif strateginya adalah: (1) menyesuaikan distribusi dan alokasi penggunaan air untuk berbagai sektor secara proporsional; (2) melakukan penyimpanan air hujan pada saat musim hujan; (3) memanfaatkan dan mengeksploitasi sumber air tanah dalam; dan (4) mendaur ulang air yang telah digunakan oleh berbagai sektor. Langkah 2 sampai 4 telah banyak dilakukan oleh negara-negara yang memiliki permasalahan kelangkaan air, seperti Meksiko dan New South Wales, sehingga dengan air yang terbatas, alokasi penggunaan air untuk berbagai sektor dapat dipertahankan. Selanjutnya, implementasinya di lapangan harus dilengkapi dengan perangkat lunak dan perangkat keras, mekanisme distribusi dan kontrol, serta wasit yang adil dan profesional.

Sumber:pustaka.litbang

Konflik dan dampak penggunaan air antarsektor


Dua fenomena besar yang meresahkan petani dan masyarakat kelas menengah bawah adalah: (1) penguasaan absolut atas sumber mata air oleh sektor tertentu yang tidak terkendali, dan (2) belum tersedianya pola, sistem, dan mekanisme dalam penetapan pembagian air, implementasi, pemantauan, dan penyelesaian konflik sehingga masing-masing pemangku kepentingan mendapat perlakuan yang adil. Kedua isu tersebut terus mengemuka, karena selain air menguasai hajat hidup orang banyak, air juga menjadi komponen utama penyusun makhluk hidup. Sementara itu, secara kuantitas ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan terus menurun akibat rusaknya daur hidrologi dan pencemaran. Kondisi ini akan mendorong masyarakat masuk dalam perangkap krisis air yang secara akumulatif dapat memicu munculnya konflik air secara horizontal maupun vertikal. Ironisnya, masalah krusial ini belum direspons secara proporsional oleh pengambil kebijakan maupun perencana. Permasalahan fenomena pertama sering kali menimbulkan konflik penggunaan air, terutama antara petani dan pemangku kepentingan lain seperti PDAM atau industri. Contoh konflik yang pernah terjadi adalah antara petani dan PDAM Kota Bandung, karena pengambilan air oleh PDAM dari outlet PLTA Cikalong serta peningkatan debit aliran yang dimanfaatkan oleh PDAM untuk meningkatkan pasokan Dua fenomena besar yang meresahkan petani dan masyarakat kelas menengah bawah adalah: (1) penguasaan absolut atas sumber mata air oleh sektor tertentu yang tidak terkendali, dan (2) belum tersedianya pola, sistem, dan mekanisme dalam penetapan pembagian air, implementasi, pemantauan, dan penyelesaian konflik sehingga masing-masing pemangku kepentingan mendapat perlakuan yang adil. Kedua isu tersebut terus mengemuka, karena selain air menguasai hajat hidup orang banyak, air juga menjadi komponen utama penyusun makhluk hidup. Sementara itu, secara kuantitas ketersediaan air yang dapat dimanfaatkan terus menurun akibat rusaknya daur hidrologi dan pencemaran. Kondisi ini akan mendorong masyarakat masuk dalam perangkap krisis air yang secara akumulatif dapat memicu munculnya konflik air secara horizontal maupun vertikal.
 Ironisnya, masalah krusial ini belum direspons secara proporsional oleh pengambil kebijakan maupun perencana. Permasalahan fenomena pertama sering kali menimbulkan konflik penggunaan air, terutama antara petani dan pemangku kepentingan lain seperti PDAM atau industri. Contoh konflik yang pernah terjadi adalah antara petani dan PDAM Kota Bandung, karena pengambilan air oleh PDAM dari outlet PLTA Cikalong serta peningkatan debit aliran yang dimanfaatkan oleh PDAM untuk meningkatkan pasokan tanaman padi yang baik. Dalam melaksanakan upaya tersebut, ada dua masalah utama yaitu: (1) efisiensi jaringan irigasi yang relatif rendah (55%) dan (2) deraan iklim (terutama El Nino) yang sering kali mengakibatkan kegagalan panen. Kondisi tersebut akan membawa dampak terhadap keberlanjutan budi daya padi sawah irigasi. Hasil simulasi proyeksi kebutuhan air berbagai sektor pengguna air di wilayah pantura Jawa Barat  menunjukkan bahwa pada tahun 2025, persaingan penggunaan air untuk kebutuhan domestik, rumah tangga, dan industri akan menurunkan pasokan air irigasi hingga mencapai 25%. Konsekuensi logis dari kondisi tersebut adalah tidak terpenuhinya kebutuhan air tanaman padi. Hasil simulasi neraca air tanaman (studi kasus Kabupaten Karawang dengan luas areal irigasi teknis 90.300 ha) menunjukkan bahwa pada tahun-tahun normal, wilayah yang mengalami defisit air untuk tanaman adalah golongan irigasi III (24.600 ha) dan IV (14.300ha). Selama musim tanam I, defisit air tanaman lebih dari 50%, yang terjadi pada fase pembentukan biji dan pematangan, tetapi tidak menurunkan hasil secara signifikan (< 20%). Pada musim tanam II, defisit air yang terjadi pada fase pembungaan di daerah golongan irigasi III dan IV masing-masing mencapai 25% dan 22%, yang mengakibatkan penurunan hasil 62% dan 56%. Wilayah dengan golongan irigasi I (23.700ha) dan II (27.700 ha), yang mendapat air irigasi sebulan lebih awal mempunyai peluang yang lebih baik dari segi kecukupan air untuk tanaman. Defisit air untuk tanaman hanya terjadi pada fase pertumbuhan vegetatif, masingmasing 17% dan 20%, yang terjadi pada musim tanam I. Kondisi tersebut menyebabkan terjadinya penurunan hasil masingmasing 17% dan 20%. Pada tahun El Nino, defisit air tanaman ditemukan di semua wilayah golongan irigasi dan berpengaruh secara nyata terhadap penurunan hasil. Defisit air yang terjadi pada fase pembungaan sebesar 22-26% menurunkan hasil 56-64%, dan  umumnya terjadi pada musim tanam II. Ilustrasi tersebut menjelaskan bahwa dengan asumsi potensi hasil padi 6 t/ha, pada tahun-tahun normal potensi kehilangan hasil padi mencapai + 144.000 ton/ tahun yang berasal dari daerah golongan irigasi III dan IV. Pada tahun El Nino, potensi kehilangan hasil mencapai  + 324.000 ton/tahun, karena berdasarkan hasil simulasi pada periode tersebut, semua wilayah akan mengalami defisit air yang berpengaruh nyata terhadap penurunan hasil. Apabila hal ini diproyeksikan untuk seluruh sentra produksi padi di pantai utara Jawa Barat, yang mempunyai karakteristik sumber daya lahan, iklim, dan sistem pengelolaan air irigasi yang relative sama, dengan luas total + 242.000 ha maka potensi kehilangan hasil pada tahun normal akan mencapai 435.600 ton/tahun. Kejadian tersebut akan lebih parah pada saat anomali iklim (El Nino), yang mendera hampir setiap lima tahun, yang akan mengakibatkan penurunan hasil + 871.200 ton/ tahun.
Sumber: pustaka litbang

masalah air antar sektor


Peningkatan kebutuhan air setiap sector makin menekan potensi pasokan air yang tersedia, dan ini berdampak pada makin meningkatnya potensi konflik antarsektor. Sektor pertanian merupakan pengguna air terbesar di antara sektor pengguna air. Sebagai gambaran, di pantai utara Jawa Barat, untuk mengairi sawah irigasi dibutuhkan 5.592 juta m3  air/tahun. Sementara itu, kebutuhan air untuk domestik, rumah tangga dan industri (domestic municipal and industry/DMI) sekitar 952 juta m3

Peningkatan kebutuhan air akibat pertumbuhan penduduk (1,6%/tahun), perkembangan sektor industri, dan perbaikan taraf hidup masyarakat, menyebabkan kebutuhan air untuk DMI pada tahun 2025 diproyeksikan naik 3,5 kali lipat menjadi 3.311 juta m3 Sektor pertanian, domestik, rumah tangga, dan industri mendapatkan sebagian besar air dari waduk. Oleh karena itu, pemenuhan air untuk DMI akibat peningkatan jumlah penduduk dan kebutuhan pembangunan pada masa mendatang (tahun 2025) akan mengambil porsi air untuk pertanian sekitar 25%, sehingga secara langsung akan mengganggu kinerja sistem produksi pertanian. Meskipun kelangkaan air dan konflik air antarsektor sudah terjadi dan dirasakan langsung petani, pemerintah belum memberikan perhatian dan penanganan secara proporsional. Dalam jangka panjang, konflik horizontal maupun vertikal dalam alokasi dan distribusi air akan memerlukan tenaga, waktu, dan biaya yang sangat mahal untuk pemecahannya
sumber:pustaka.litbang

31 Oct 2012

Permasalahan hidrologi di masa depan atau bahkan saat ini


Pertambahan populasi manusia menjadi tantangan besar kepada ilmu ini (hidrologi) untuk tetap ditingkatkan kualitas dan kuantitas penerapannya di lapangan. Dengan hidrologi, dapat dianalisa dan dipelajari tidak hanya persoalan klasik hidrologi, pencegahan banjir, tetap juga semua persoalan dengan kualitas yang lebih kompleks. Sebagai contoh, sejalan contoh diatas, bila manajemen air bendungan gagal, produksi listrik PLTA akan tidak optimal dan akan berakibat kepada sektor lainnya. Pertambahan populasi juga membuat integrasi manusia dengan alam yang kompak terikat satu sama lain. Kompleksitas permasalahan bertambah dengan mengharapkan pemecahan masalah secara ideal yakni dengan memperhatikan kebutuhan manusia dan alam secara faktor yang seimbang dan menyokong satu dengan lainnya.

Tantangan ini membuka ilmu hidrologi untuk memperbaiki analisa rumus rumus yang ada, perbaikan cara pandang modern dan penggunaan tehnologi untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pemecahan masalah sehingga dapat menjadikan sumber pertimbangan pembangunan secara lebih baik lagi dalam segi kualitas. Tehnologi maju telah membantu banyak hal dalam pemecahan masalah hidrologi, sebagai contoh pengindraan panas bumi, uap air, kelembaban udara, arah dan kekuatan angin dan aliran laut lewat satelit. Tehnologi super computer juga telah digunakan dalam pemecahan dan simulasi masalah hidrologi.Tehnolgi biasanya digunakan untuk mengatasi permasalahan mendapatkan data yang bersih (dengan tidak memperhitungkan data yang rusak, error atau tidak dapat dipertanggung jawabkan). Ketersediaan data data yang akurat dalam tempat, waktu tertentu, seperti curah hujan, debit air sungai, ketinggian muka air tanah dapat meramalkan kejadian yang akan datang, menjadi dasar pembagian debit air terhadap kebutuhan daerah yang dibagi. Sebagai contoh monitoring daerah disekitar jakarta dapat meramalkan debit air yang masuk ke jakarta. Ini dapat menjadi pertimbangan dalam manajemen air sungai,seperti; dapatkah dengan aman melintas jakarta, atau harus ditampung sementara di waduk besar dsb.

Pemodelan harus dilakukan, sebelum hasil keluar dapat diketahui. Sejalan dengan contoh diatas, pemodelan kondisi jakarta dan daerah sekitarnya harus dipelajari sebelum dapat diperkirakan air yang kemungkinan mengalir pada titik dan waktu tertentu di jakarta. Debit sekian di Cipanas, Bogor dan Sentul akan menghasilkan debit sekian di Manggarai. Dengan bantuan komputerisasi dan pemodelan matematika hal ini dapat dilakukan dan disimulasikan. Pada akhirnya dapat menghindari dari kerugian yang besar baik harta maupun jiwa.

Beberapa contoh umum permasalahan hidrologi di masa sekarang ini antara lain:

1. Penyelidikan mengenai siklus Hidrologi, tidak hanya pada setiap phase dan proses-nya, tetapi juga menjelaskan diperkuat dengan penyelidikan ilmiah.

2. Penyelidikan dan penelitian terhadap sumber daya air (kuantitatif dan kualitatif) secara riil baik untuk penggunaan jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Penyelidikan pemodelan sirkulasi air di bumi dengan memperhitungkan kuantitatif dan kualitatif segala faktor yang mempengaruhi perubahannya, baik yang disebabkan oleh alam, maupun campur tangan manusia. Dengan pemodelan ini diharapkan menjadi acuan yang lebih baik lagi untuk menjamin ketersediaan sumber daya air.

4. Memperbaiki sistim distribusi air secara global baik distribusi buatan maupun distribusi alam.

5. Memperkirakan atau meramalkan kejadian yang mungkin terjadi dengan memperhatikan gejala gejala alam secara ilmiah.

6. Penyelidikan bahaya seperti banjir, kekeringan dan penyelidikan mengenai keadaan air tanah.

7. Penyelidikan dalam aspek hidrologi dari dampak pemakaian sumber daya air suatu daerah. Bilakah terdapat perubahan atau efek yang membahayakan manusia?

Dari 7 pokok permasalahan, dapat disimpulkan bahwa hidrologi merupakan salah satu aspek dalam pelaksanaan gerakan pembangunan berwawasan lingkungan (Sustainable Development).

Beberapa contoh isu yang tengah hangat menjadi pembicaraan ilmuwan lingkungan diseluruh dunia adalah masalah global warming, greenhouse effect, El Nino dan La Nina. Efek dan kecenderungan perubahan iklam dan pemanasan global terjadi karena peningkatan aktifitas manusia yang berdampak buruk terhadap lingkungan. Gelombang panah yang terjadi merubah perilaku iklim dan cuaca sehingga disebutkan oleh Drew Sindell dari Nasa Institut, New York bahwa dalam kurun waktu 2 juta tahun kebelakang, urutan 5 tahun terhangat ialah 2005, 1998, 2002, 2003, 2004.

Sejarah Air Tanah


air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut aquifer.

Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh.

Perlu diketahui permeabilitas (permeable dan impermeable) disebut dengan istilah kelulusan air.

Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskan air disebut aquifer.

1. Pembentukan Air Tanah

Air tanah adalah semua air yang terdapat di bawah permukaan tanah pada lajur/zona jenuh air (zone of saturation). Air tanah terbentuk berasal dari air hujan dan air permukan , yang meresap (infiltrate) mula-mula ke zona tak jenuh (zone of aeration) dan kemudian meresap makin dalam (percolate) hingga mencapai zona jenuh air dan menjadi air tanah. Air tanah adalah salah satu faset dalam daur hidrologi, yakni suatu peristiwa yang selalu berulang dari urutan tahap yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali ke atmosfer; penguapan dari darat atau laut atau air pedalaman, pengembunan membentuk awan, pencurahan, pelonggokan dalam tanih atau badan air dan penguapan kembali (Kamus Hidrologi, 1987). Dari daur hidrologi tersebut dapat dipahami bahwa air tanah berinteraksi dengan air permukaan serta komponen-komponen lain yang terlibat dalam daur hidrologi termasuk bentuk topografi, jenis batuan penutup, penggunaan lahan, tetumbuhan penutup, serta manusia yang berada di permiukaan. Air tanah dan air permukaan saling berkaitan dan berinteraksi. Setiap aksi (pemompaan, pencemaran dll) terhadap air tanah akan memberikan reaksi terhadap air permukaan, demikian sebaliknya.

2. Wadah Air Tanah

Suatu formasi geologi yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan melalukan air tanah dalam jumlah berarti ke sumur-sumur atau mata air – mata air disebut aquifer. Lapisan pasir atau kerikil adalah salah satu formasi geologi yang dapat bertindak sebagai . Wadah air tanah yang disebut tersebut dialasi oleh lapisan lapisan batuan dengan daya meluluskan air yang rendah, misalnya lempung, dikenal sebagai aquitard. Lapisan yang sama dapat juga menutupi , yang menjadikan air tanah dalam tersebut di bawah tekanan (confined ). Di beberapa daerah yang sesuai, pengeboran yang menyadap air tanah tertekan tersebut menjadikan air tanah muncul ke permukaan tanpa membutuhkan pemompaan. Sementara tanpa lapisan penutup di atasnya, air tanah di dalamnya tanpa tekanan (unconfined ), sama dengan tekanan udara luar. Semua aquifer mempunyai dua sifat yang mendasar:

(i) kapasitas menyimpan air tanah dan (ii) kapasitas mengalirkan air tanah. Namun demikian sebagai hasil dari keragaman geologinya, sangat beragam dalam sifat-sifat hidroliknya (kelulusan dan simpanan) dan volume tandoannya (ketebalan dan sebaran geografinya).

Berdasarkan sifat-sifat tersebut aquifer dapat mengandung air tanah dalam jumlah yang sangat besar dengan sebaran yang luas hingga ribuan kilometer persegiatau sebaliknya. Ditinjau dari kedudukannya terhadap permukaan, air tanah dapat disebut: (i) air tanah dangkal (phreatic), umumnya berasosiasi dengan tak tertekan, yakni yang tersimpan dalam aquifer dekat permukaan hingga kedalaman (tergantung kesepakatan) sampai 40 m dan kemudian (ii) air tanah dalam, umumnya berasosiasi dengan tertekan, yakni tersimpan dalam pada kedalaman lebih dari 40 m (apabila kesepakatan air tanah dangkal hingga kedalaman 40 m). Air tanah dangkal umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat (miskin) dengan membuat sumur gali, sementara air tanah dalam dimanfaatkan oleh kalangan industri dan masyarakat berpunya. Sebaran aquifer serta pengaliran air tanah tidak mengenal batas-batas kewenangan administratif pemerintahan. Suatu wilayah yang dibatasi oleh batasan-batasan geologis yang mengandung satu aquifer atau lebih dengan penyebaran luas, disebut cekungan air tanah.

3. Pengaliran dan Imbuhan Air Tanah

Air tanah dapat terbentuk atau mengalir (terutama secara horisontal), dari titik /daerah imbuh (pengisian/recharge), seketika itu juga pada saat hujan turun, hingga membutuhkan waktu harian, mingguan, bulanan, tahunan, puluhan tahun, ratusan tahun, bahkan ribuan tahun,, tinggal di dalam aquifer sebelum muncul kembali secara alami di titik/daerah luah (pengeluaran/discharge), tergantung dari kedudukan zona jenuh air, topografi, kondisi iklim dan sifat-sifat hidrolika aquifer. Oleh sebab itu, kalau dibandingkan dalam kerangka waktu umur rata-rata manusia, air tanah sesungguhnya adalah salah satu sumber daya alam yang tak terbarukan. Saat ini di daerah-daerah perkotaan yang pemanfaatan air tanah dalamnya sudah sangat intensif, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Denpasar, dan Medan, muka air tanah dalam (piezometic head) umumnya sudah berada di bawah muka air tanah dangkal (phreatic head). Akibatnya terjadi perubahan pola imbuhan, yang sebelumnya air tanah dalam memasok air tanah dangkal (karena piezometic head lebih tinggi dari phreatic head), saat ini justru sebaliknya air tanah dangkal memasok air tanah dalam. Jika jumlah total pengambilan air tanah dari suatu sistem aquifer melampaui jumlah rata-rata imbuhan, maka akan terjadi penurunan muka air tanah secara menerus serta pengurangan cadangan air tanah dalam aquifer. (Seperti halnya aliran uang tunai ke dalam tabungan, kalau pengeluaran melebihi pemasukan, maka saldo tabungan akan terus berkurang). Jika ini hal ini terjadi, maka kondisi demikian disebut pengambilan berlebih (over exploitation), dan penambangan air tanah terjadi.

4. Mutu Air Tanah

Sifat fisika dan komposisi kimia air tanah yang menentukan mutu air tanah secara alami sangat dipengaruhi oleh jenis litologi penyusun , jenis tanah/batuan yang dilalui air tanah, serta jenis air asal air tanah. Mutu tersebut akan berubah manakala terjadi intervensi manusia terhadap air tanah, seperti pengambilan air tanah yang berlebihan, pembuangan limbah, dll. Air tanah dangkal rawan (vulnerable) terhadap pencemaran dari zat-zat pencemar dari permukaan. Namun karena tanah/batuan bersifat melemahkan zat-zat pencemar, maka tingkat pencemaran terhadap air tanah dangkal sangat tergantung dari kedudukan , besaran dan jenis zat pencemar, serta jenis tanah/batuan di zona tak jenuh, serta batuan penyusun aquifer itu sendiri. Mengingat perubahan pola imbuhan, maka air tanah dalam di daerah-daerah perkotaan yang telah intensif pemanfaatan air tanahnya, menjadi sangat rawan pencemaran, apabila air tanah dangkalnya di daerah-daerah tersebut sudah tercemar. Air tanah yang tercemar adalah pembawa bibit-bibit penyakit yang berasal dari air (water born diseases).

sumber:lingkunganhijau

PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR YANG TERPADU DAN BERKELANJUTAN


Pengelolaan sumber daya air dilaksanakan dengan memperhatikan keserasian antara konservasi dan pendayagunaan, antara hulu dan hilir, antara pemanfaatan air permukaan dan air tanah, serta antara pemenuhan kepentingan jangka pendek dan kepentingan jangka panjang. Dalam hal ini pembangunan ketersediaan air baku berskala kecil akan lebih diutamakan agar rakyat kecil lebih dapat menikmatinya. Prioritas utama pada pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di wilayah rawan defisit air, wilayah tertinggal, dan wilayah strategis.

Pengendalian daya rusak air terutama diarahkan untuk penananggulangan banjir dengan menggunakan pendekatan vegetatif melalui konservasi sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai. Peningkatan partisipasi masyarakat dan kemitraan di antara stakeholders terus diupayakan tidak hanya untuk kejadian banjir, tetapi juga pada tahap pencegahan serta pemulihan pasca bencana. Penanggulangan banjir haruslah sudah diutamakan, demikian pula pengelolaan bencana kekeringan.

Dalam rangka mewujudkan pengelolaan sumberdaya air secara terpadu (IWRM) ada tiga criteria utama yang dijadikan acuan, yaitu:

1) Efisiensi ekonomi. Dengan meningkatnya kelangkaan air dan sumberdaya keuangan, dan dengan sifat sumberdaya air yang tersedia secara terbatas dan mudah tercemar, serta semakinmeningkatnya permintaan maka efisiensi ekonomi penggunaan air sudah harus menjadi perhatian.

2) Keadilan. Air adalah salah satu kebutuhan dasar kehidupan, oleh sebab itu maka semua orang perlu mempunyai akses terhadap air yang mencukupi baik secara kuantitas maupun kualitas untuk mempertahankan kehidupannya.

3) Keberlanjutan (sustainablility) lingkungan dan ekologi. Penggunaan sumberdaya air haruslah dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengorbankan kepentingan generasi yang akan datang terhadap air

Sumber:http://uwityangyoyo.wordpress.com

METODE ANALISA AIR BAKU


Air Bersih (clean water) yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan memenuhi kualitas persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak (PERMENKES RI No. 416/MENKES/Per/IX/1990). Pertanyaanya adalah apakah air jernih yang kita lihat sehari-hari, yang biasa kita minum sudah benar-benar sehat dan layak untuk kita konsumsi? Dari mana kita tahu air tersebut memang bersih?

Persyaratan air bersih bisa diuji secara sederhana atau dapat dilakukan tes di laboratorium. Kadar bau atau kekeruhan di cek dengan mencampurkan air yang akan di uji dengan air bersih. Caranya campurkan segelas air keruh/bau yang akan diuji dengan air bersih, apabila keruh/bau hilang berarti kadar bau/keruhnya rendah, apabila masih tercium bau atau keruh maka air itu sebaiknya tidak digunakan lagi. Cara terpopuler untuk menguji kandungan kimia dalam air adalah dengan menggunakan air teh. Caranya campurkan air yang akan diuji dengan air teh kemudian diamkan minimal 12 jam. Apabila warnanya masih seperti air teh berarti kualitasnya bagus, namun apabila warnanya semakin hitam menandakan kualitas airnya jelek. Lalu bagaimana cara mengetahui air yang mengandung kesadahan? Cara praktis untuk mengetahui kesadahan dalam air baku dapat dilakukan dengan cara melarutkan deterjen dalam air yang akan diuji. Apabila air tidak berbusa atau busa yang dihasilkan sedikit berarti air tersebut merupakan air sadah.

Beberapa parameter yang layak untuk diperhitungkan sebagai parameter kunci adalah kandungan besi, mangan, zat organik, kekeruhan, warna, pH, dan kualitas mikrobiologis. Parameter diatas dianggap sebagai representasi dari kandungan zat dan parameter lain yang keberadaanya dalam air baku seringkali sangat mengganggu. Hal ini tentu tidak berarti zat yang lain diabaikan tetapi bila dianggap perlu, parameter lain sebaiknya diperiksa.

Beberapa cara analisis laboratorium yang digunakan untuk mengetahui kualitas air meliputi:
Uji Kesadahan (sebagai ppm CaCO3)

Siapkan 50 mL contoh air dan masukkan ke dalam labu takar 100 mL, tambahkan 1 mL asam klorida pekat, setetes demi setetes melalui tepi labu takar, kemudian tepatkan dengan contoh air. Pipet 10 mL contoh air dari labu takar ke dalam erlenmeyer, tambahkan 50 mg asam askorbat, kemudian tambah 10 ml NH3 6M, aduk dan tambahkan 4 tetes indikator calmagite, titrasi dengan larutan EDTA sehingga warna berubah dari merah menjadi biru.
Uji Kadar Besi

Langkah pertama, siapkan larutan standar besi 100 ppm, pipet sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5 mL larutan standar 100 ppm tersebut dan masukkan masing-masing kedalam labu takar 100 mL, tambahkan 5 mL larutan ortho-phenantrolin 0.25%, tepatkan masing-masing labu takar hingga volume 100 mL dengan air deion sehingga terbentuk larutan standar dengan konsentrasi 1, 2, 3, 4, dan 5 ppm. Ukur nilai absorbans dari masing-masing larutan standar dengan menggunakan spektrofotometer visibel pada panjang gelombang 510 nm. Langkah kedua, siapkan 50 mL contoh air yang akan diuji, masukan kedalam labu takar 100 mL, tambahkan 5 mL ortho-phenantrolin dan tepatkan labu takar tersebut dengan contoh air yang akan diuji. Ukur nilai absorbans sampel air pada panjang gelombang 510 nm. Untuk mengetahui kadar besi(Fe) dalam contoh air, dapat digunakan persamaan standar
Uji Padatan Terlarut

Sampel air disiapkan dalam wadah, kemudian alat TDS meter dimasukan ke dalam sampel air. Perhatikan dan catat nilai yang tertera pada TDS meter.
Uji nilai pH

Sampel air disiapkan secukupnya, kertas pH dicelupkan ke dalam sampel air. Amati warna yang terbentuk pada kertas pH dan bandingkan dengan warna pada warna standar indikator universal.

Sebagai acuan, terdapat standar air minum SNI No 01-3553-1996, berarti untuk air minum kontaminan yang diperbolehkan seperti tertera pada Tabel 1. Sementara itu, persyaratan bakteriologis, bahan kimia anorganik, kimia pestisida, kimia desinfektan dan sampingannya, kimia anorganik yang dapat menimbulkan keluhan pada manusia, kimia organik yang dapat menimbulkan keluhan pada manusia, radioaktivitas, dan persyaratan fisik sesuai dengan Kepmenkes No. 907/2002.

Tabel 1 Standar Air Minum SNI No. 01-3553-1996
ParameterUnitKadar tertinggi yang diizinkan
Organoleptik
Bau (Odor)-Tidak berbau
Rasa (Taste)-Tidak berasa
Warna (Colour)Pt Co scala5
Fisika
Kekeruhan (Turbiditas)NTU5
Padatan terlarut (Dissolved solid)mg/L500
Kimia
pH (Derajat Keasaman)-6.5-8.5
Kesadahan sebagai CaCO3mg/L150
Bahan Organik KMnO4mg/L1.0
Nitrat (NO3-)mg/L45
Nitrit (NO22-)mg/L0.005
Amonia (NH4)mg/L0.15
Sulfat (SO42-)mg/L200
Klorida (Cl)mg/L250
Fluorida (F)mg/L1.0
Sianida (CN)mg/L0.05
Besi (Fe)mg/L0.3
Mangan (Mn)mg/L0.05
Klorin bebas (Cl2)mg/L0.1
Kontaminasi logam berat
Timah (Pb)mg/L0.005
Tembaga (Cu)mg/L0.5
Kadmium (Cd)mg/L0.001
Merkuri (Hg)mg/L0.05
Arsenik (As)--
Mikrobiologi
Total plate count (TPC) factoryper ml1 x 102
Total plate count (TPC) marketper ml1 x 105
Bakteri coliformper 100 ml0
Bakteri salmonella sp.per 100 mlNegatif
Bakteri clostridium perfringensper mlNegatif

Tabel 2 Persyaratan Bakteriologis Kepmenkes No. 907/2002
ParameterSatuanKadar tertinggi yang diizinkan
Air Minum
E. Coli atau fecal coliJumlah/100ml sampel0
Air yang masuk sistem distribusi
E. Coli atau fecal coliJumlah/100ml sampel0
Total bakteri coliformJumlah/100ml sampel0
Air pada sistem distribusi
E. Coli atau fecal coliJumlah/100ml sampel0
Total bakteri coliformJumlah/100ml sampel0

Tabel 3 Persyaratan Kimia Bahan Anorganik Kepmenkes No. 907/2002
ParameterSatuanKadar tertinggi yang diizinkan
Alkana terklorinasi
Karbon tetrakloridaμg/L2
Diklorometanaμg/L20
1,2-dikloroetanaμg/L30
1,1,1-trikloroetanaμg/L2000
Etana terklorinasi
Vinil kloridaμg/L5
1,1-dikloroetanaμg/L30
1,2-dikloroetanaμg/L50
Trikloroetanaμg/L70
Tetrakloroetanaμg/L40
Hidrokarbon aromatik
Benzenaμg/L10
Toluenaμg/L700
Xilenaμg/L500
Benzo[a]pirenaμg/L0.7
Benzena terklorinasi
Monoklorobenzenaμg/L300
1,2-diklorobenzenaμg/L1000
1,4-diklorobenzenaμg/L300
Triklorobenzenaμg/L20
Lain-lain
Di(2-etilheksil)adipatμg/L80
Di(2-etilheksil)ptalatμg/L8
Akrilamidaμg/L0.5
Epiklorohidrin0.4
Heksaklorobutadienaμg/L0.6
EDTAμg/L200
Tributiltin Oksidaμg/L2
Tabel 4 Persyaratan Kimia Pestisida Kepmenkes No. 907/2002
ParameterSatuanKadar tertinggi yang diizinkan
Alaklorμg/L20
Aldicarbμg/L10
Aldrin/deeldrinμg/L0.03
Atrazinaμg/L2
Bentazonaμg/L30
Karbofuranμg/L5
Klordanμg/L0.2
Klorotoluranμg/L30
Tabel 5 Persyaratan Kimia Desinfektan dan Hasil Sampingannya
ParameterSatuanKadar tertinggi yang diizinkan
Monokloraminμg/L3
Klorinμg/L5
Bromatμg/L25
Kloritμg/L200
Klorofenol-
2,4,6-triklorofenolμg/L200
Formaldehidaμg/L900
Trihalometanaμg/L
Bromoformμg/L100
Dibromoklorometanaμg/L100
Bromodiklorometanaμg/L60
Kloroformμg/L200
Asam Asetat Terklorinasiμg/L
Asam dikloroasetatμg/L50
Asam trikloroasetatμg/L100
Kloral Hidrat
Trikloroasetaldehidaμg/L10
Asetonitril Terhalogenasi
Dikloroasetonitrilμg/L90
Dibromoasetonitrilμg/L100
Trikloroasetonitrilμg/L1
Sianogen Kloridaμg/L70
Tabel 6 Persyaratan Kimia Anorganik yang dapat Menimbulkan Keluhan pada Manusia
ParameterSatuanKadar tertinggi yang diizinkan
Amoniaμg/L1.5
Aluminiumμg/L0.2
Kloridaμg/L250
Tembagaμg/L1
Kesadahanμg/L500
Hidrogen Sulfidaμg/L0.05
Besiμg/L0.3
Manganμg/L0.1
pH6.5-8.5
Natriumμg/L200
Sulfatμg/L250
Total zat padat terlarutμg/L1000
Sengμg/L3
Tabel 7 Bahan Kimia Organik yang dapat Menimbulkan Keluhan pada Manusia
ParameterSatuanKadar tertinggi yang diizinkan
Organik
Toluenaμg/L24-170
Xilenaμg/L20-1800
Etilbenzenaμg/L2-200
Stirenaμg/L4-2600
Monoklorobenzenaμg/L10-120
1,2-diklorobenzenaμg/L1-10
1,4-diklorobenzenaμg/L0.3-30
Triklorobenzenaμg/L5-50
Deterjenμg/L50
Desinfektan dan Hasil Sampingannya
Klorinμg/L600-1000
2-klorofenolμg/L0.1-10
2,4-diklorofenolμg/L0.3-40
2,4,6-triklorofenolμg/L2-200
Tabel 8 Radioaktivitas yang dapat Menimbulkan Keluhan pada Manusia
ParameterSatuanKadar tertinggi yang diizinkan
Gross alpha activity(Bq/L)0.1
Gross beta activity(Bq/L)1
Tabel 9 Persyaratan Fisik Kepmenkes No. 907/2002
ParameterSatuanKadar tertinggi yang diizinkan
WarnaTCU15
Rasa dan Bau-Tidak berasa dan berbau
Temperatur°CSuhu udara ± 3°C
KekeruhanNTU5
Sumber:Hydro water solution

Indonesia dan Jepang Berkolaborasi Menangani Masalah Air dan Lingkungan Perairan


Melalui organisasi ISWAE (Indonesia Society for Water Aquatics Environment) atau disebut juga ALPI (Asosiasi Lingkungan Perairan Indonesia), Indonesia dan Jepang sepakat berkolaborasi menangani permasalahan air dan lingkungan perairan. Didukung oleh Toyohashi Unversity of Technology Jepang, pendirian organisasi ini di Indonesia diinisiasi oleh 17 perguruan tinggi seperti ITB, UI, UGM, Universitas Bengkulu, IPB, Universitas Cenderawasih dan UB. Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) UB Prof. Ir. Sukoso, PhD didaulat untuk memimpin ISWAE pada periode 2011-2013. "Dengan berbagai pendekatan, kami akan mencoba menyelesaikan berbagai masalah air dan lingkungan perairan seperti polusi", katanya disela-sela kegiatan Seminar Internasional tentang Air dan Lingkungan Perairan.

Mengambil tema "Save the Water for Our Life and Next Generation", kegiatan ini dipusatkan di gedung Rektorat dan diikuti akademisi serta peneliti dari seluruh Indonesia.

Pelantikan Ketua ISWAE juga dilakukan serentak dalam seminar internasional ini oleh Menteri Lingkungan Hidup, Prof. Dr. Balthasar Kambuaya, MBA. Dalam keterangannya, Menteri mangapresiasi upaya untuk mengelola air secara berkelanjutan. Apalagi menurutnya, Indonesia terutama pula Jawa, Madura, Bali dan Nusa Tenggara terancam krisis air pada 2010 hingga 2020. Surplus air pada keempat pulau ini hanya terjadi saat musin penghujan, sehingga dibutuhkan pengelolaan air yang tepat dan berkelanjutan guna menyeimbangkan supply and demand air bersih. Kondisi ini masih diperparah dengan bencana lingkungan yang semakin meningkat seperti tanah longsor, banjir dan kekeringan. Diduga, perubahan iklim menjadi salah satu penyebab terus menurunnya sumber daya air dan tingginya angka bencana yang terjadi di Indonesia.

Lingkungan dan pengelolaan bencana merupakan prioritas nasional Kabinet Indonesia Bersatu II 2009-2014 diantaranya pada konservasi dan pemanfaatan lingkungan, antisipasi perubahan iklim serta dukungan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Untuk pengelolaan air dan lingkungan perairan sendiri, sasaran strategis yang hendak dicapai adalah terkendalanya pencemaran dan kerusakan lingkungan sungai, danau, pesisir dan laut serta air tanah.

Perubahan iklim, kata Menteri, juga berpengaruh pada perubahan pola curah hujan dimana hujan lebih panjang terjadi di utara khatulistiwa sementara pada bagian selatan, hujan lebih pendek dengan intensitas tinggi yang berpotensi banjir dan kekeringan. Diantara akibat hal ini adalah kerusakan mata air karena overeksploitasi serta alih fungsi lahan sekitar mata air. Guna mengatasi hal ini, maka pemerintah berkebijakan untuk melindungi mata air, mengendalikan kerusakan ekositem perairan (sungai, danau, rawa), pemanenan air hujan serta adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Dalam melindungi Daerah Aliran Sungai (DAS) khususnya, pemerintah bersinergi dengan masyarakat dan swasta sebagai pelaku serta perguruan tinggi dan lembaga swadaya masyarakat sebagai akselerator. Sementara untuk pemanenan air hujan, dibuat sumur resapan dan biopori yang dalam pelaksanaannya bekerjasama pula dengan pengembang.

Sebagai organisasi independen, ISWAE merupakan perpanjangan dari organisasi sejenis yang ada di Jepang yakni JSWE (Japan Society on Water Environment). Disampaikan Profesor bidang Water Environment Engineering dari Toyohashi University of Technology, Dr.Eng Takanobu Inoue, organisasi ini mempromosikan penelitian air dan lingkungan diantaranya dengan memberikan rekomendasi kepada pemerintah terkait pengaturan masalah air. Di Jepang sendiri, permasalahan yang sekarang sedang marak dihadapi adalah pencemaran air oleh bahan kimia berbahaya disamping eutrofikasi (pencemaran lingkungan hidup oleh limbah fosfat terutama pada ekosistem air tawar).

Dengan tren miniaturisasi pada instrumentasi untuk analisis lingkungan, Kiyokatsu Jinno, PhD dari Toyohashi University of Technology dalam seminar internasional memaparkan berbagai temuannya seperti microculum liquid chromatography dan capillary electrochromatography. Keduanya menggunakan instrument berskala mikro baik pada preparasi maupun separasi. "Temuan kami telah dimanfaatkan luas bahkan diproduksi massal", kata Jinno. Untuk saat ini, aplikasi terutama pada kimia forensic dan ilmu kedokteran. Pada kimia forensic misalnya, alat ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi kandungan ozon pada bahan bakar seperti bensin.

di publish pada 18 desember 2011

sumber:prasetya online