Pratinjau

12 Dec 2012

siklus hidrologi terbuka(informatif)


Pada lokasi tertentu, aliran air permukaan dapat merupakan satu atau lebih sub-sistem dan tidak lagi tertutup, karena sistem tertutup itu dipotong pada suatu bagian tertentu dari seluruh sistem aliran permukaan. Transportasi aliran di luar bagian aliran air permukaan merupakan masukan dan keluaran dari sub sistem aliran air permukaan tersebut.

Demikian juga untuk aliran air tanah bisa merupakan satu atau lebih sub-sistem dan tidak lagi tertutup, karena sistem tertutup itu diputong pada suatu bagian tertentu dari seluruh sistem aliran. Transportasi aliran di luar bagian aliran air tanah merupakan masukan dan keluaran dari sub sistem aliran air tanah tersebut.

air mulai dari hujan yang turun (precipitation) lalu mendekati muka tanah, jumlahnya terdistrihusi menjadi intersepsi (lewat vegetasi), hujan di saluran (channel precipitation/pptn), tampungan depresi (depression storage), aliran permukaan (surface run-off) dan infiltrasi ke dalam tanah. Dari distribusi tersebut terlihat bahwa besaran air yang terinfiltrasi adalah yang paling besar dibandingkan dengan yang lainnya. Infiltrasi ini terjadi di DAS. Oleh karena itu untuk memanen air hujan (rainfall haversting), faktor DAS tersebut menjadi penting.

Faktor penutup lahan juga mempunyai peran yang panting dalam proses infiltrasi. Apabila penutup lahan DAS berupa vegetasi yang lebat maka vegetasi ini menghambat aliran permukaan, sehingga proses infiltrasi bisa berlangsung sampai optimal. Namun apabila penutup lahan berupa lapisan kedap air misal lantai beton, rumah atau bangunan maka aliran permukaan akan menjadi besar dan tidak ada air yang bisa terinfiltrasi.

Perlu juga diperhatikan bahwa kecepatan infiltrasi air bisa jauh lebih kecil dibandingkan dengan kecepatan aliran permukaan. Kecepatan infiltrasi tergantung dari jenis tanah (lempung, lanau atau pasir) mulai dari 1/1,000.000.000.000 atau 10-13 m/detik sampai 1/100 atau 0,001 m/detik. Sedangkan kecepatan run-off bisa mulai dari 0 (no] berarti 1/10, 1 bahkan bisa mencapai 10 m/detik tergantung dari kemiringan lahan, tinggi aliran, penutup lahan (vegetasi, bangunan, lantai beton, dll.) dan material yang dibawa dalam aliran air (Freeze and Cherry, 1979; Kodoatie & Sjarief, 2006 dengan elaborasi).

sumber:http://www.mafiosodeciviliano.com

siklus hidrologi tertutup(informatif)


Siklus hidrologi seperti ditunjukkan dalam Gambar merupakan konsep dasar tentang keseimbangan air secara global di bumi. Siklus hidrologi juga menunjukkan semua hal yang berhubungan dengan air. Bila dilihat keseimbangan air secara menyeluruh maka air tanah (dalam confined dan unconfined aquifers) dan aliran permukaan: sungai, danau, penguapan dll. merupakan bagian-bagian dari beberapa aspek yang menjadikan siklus hidrologi menjadi seimbang sehingga disebut dengan siklus hidrologi yang tertutup (closed system diagram of the global hydrological cycle).

pasang surut air laut


Pasang surut adalah gerakan naik-turunnya muka air laut, dimana amplitudo dan fasenya berhubungan langsung terhadap gaya geofisika yang periodik, yakni gaya yang ditimbulkan oleh gerak reguler benda-benda angkasa, terutama bulan-bumi dan matahari. Naik turunnya muka laut akibat gaya geofisika ini disebut pasang surut gravitasi (gravitational tides). Di samping itu, gerak muka laut juga dipengaruhi oleh adanya variasi tekanan atmosfir dan angin, sistem gerak ini disebut pasang surut meteorologi (meteorological tides).

tipe pasang air laut

1. Pasang surut harian ganda (semi diurnal tide)

Dalam satu hari terjadi dua kali pasang dan dua kali air surut dengan tinggi yang hamper sama dan pasang surut terjadi secara berurutan secara teratur. Periode pasang surut adalah 24 jam 50 menit. Pada jenis harian ganda misalnya terdapat di perairan Selat Malaka sampai ke Laut Andaman.

2. Pasang surut harian tunggal (diurnal tide)

Dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut. Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit. Jenis harian tunggal misalnya terdapat di perairan sekitar selat Karimata, antara Sumatra dan Kalimantan.

3. Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide prevailing semidiurnal)

Dalam satu hari terjadi dua kali air pasang dan dua kali air surut, tetapi tinggi dan periodenya berbeda. Pada pasang-surut campuran condong ke harian ganda (mixed tide, prevailing semidiurnal) misalnya terjadi di sebagian besar perairan Indonesia bagian timur.

4. Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed tide prevailing diurnal)

Pada tipe ini dalam satu hari terjadi satu kali air pasang dan satu kali air surut, tetapi kadang-kadang untuk sementara waktu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dengan tinggi dan periode yang sangat berbeda. Sedangkan jenis campuran condong ke harian tunggal (mixed tide, prevailing diurnal) contohnya terdapat di pantai selatan Kalimantan dan pantai utara Jawa Barat.

penyebab pasang laut

Dalam sebulan, variasi harian dari rentang pasang laut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang laut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera.

Pasang laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari Matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik Matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak Matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan Matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan Matahari.

Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan Matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.

Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan Matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan kuarter pertama dan kuarter ketiga.



Pengetahuan tentang pasang laut sangat diperlukan dalam transportasi perairan, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang laut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk dapat meramalkan pasang laut, diperlukan data amplitudo dan beda fase dari masing-masing komponen pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang laut utama, dan faktor-faktor lainnya akan mengakibatkan terbentuknya komponen-komponen pasang laut yang baru.
Sumber: Wikipedia

beberapa definisi air laut(informatif)


dalam siklus hidrologi, atau apabila kita akan merencanakan bangunan di laut yang sangat terpengaruh oleh elevasi air laut, maka kita memerlukan suatu elevasi permukaan laut tertentu yang dapat digunakan sebagai referensi. Sampai saat ini ada berbagai macam permukaan laut yang dapat dipakai sebagai referensi, yaitu di antaranya:

MHHWL : Mean Highest High Water Level, tinggi rata-rata dari air tinggi yang terjadi pada pasang surut purnama atau bulan mati (spring tides).

MLLWL : Mean Lowest Low Water Level, tinggi rata-rata dari air rendah yang terjadi pada pasang surut purnama atau bulan mati (spring tides).

MHWL : Mean High Water Level, tinggi rata-rata dari air tinggi selama periode 19,6 tahun.

MLWL : Mean Low Water Level, tinggi air rata-rata dari air rendah selama 18,6 tahun.

MSL : Mean Sea Level, tinggi rata-rata dari muka air laut pada setiap tahap pasang surut selama periode 18,6 tahun, biasanya ditentukan dari pembacaan jam-jam-an.

HWL : High Water Level (High Tide), elevasi maksimum yang dicapai oleh tiap air pasang.

HHWL : Highest High Water Level, air tertinggi pada saat pasang surut purnama atau bulan mati (spring tides).

LWL : Low Water Level (Low Tide), elevasi minimum yang dicapai oleh tiap air surut.

LLWL : Lowest Low Water Level, air terendah pada saat pasang surut bulan purnama atau bulan mati (spring tides).

sumber:: http://www.mafiosodeciviliano.com

Pemerintah Fasilitasi Masterplan Air Limbah di 8 Kota(informatif)


http://www.ampl.or.id/
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum Ditjen Cipta Karya memfasilitasi penyusunan master plan dan studi air limbah di tujuh kota. Tujuh kota tersebut adalah Surabaya, Bogor, Cimahi, Bandar Lampung, Palembang, Pekanbaru, Batam dan Makassar. Penyusunan master plan tersebut mendapat bantuan dari pemerintah Australia melalui The Indonesia Infrastructure Initiative (IndII).

Direktur Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) Ditjen Cipta Karya Syukrul Amien mengatakan, penyusunan master plan ini sudah dilakukan awal September lalu dan rencananya akan memakan waktu selama delapan bulan. Namun, ia berharap agar penyusunan ini dapat dipercepat.

“Kalau bisa penyusunan master plan tidak selama itu, sehingga bisa langsung dibuat detail desain dan rencana implementasinya,” katanya saat memberi arahan dalam acara Kick Off Meeting Master Plan Water Waste di Jakarta, Selasa (21/9).

Ia juga mengharapkan komitmen dari pemerintah daerah yang mendapat hibah penyusunan master plan tersebut. Menurutnya, kerjasama dan sinergi antara pusat dan daerah harus dilakukan. Pemkot harus serius dalam penyusunan master plan air limbah ini sementara pusat akan memfasilitasi. Jika pemkot tidak siap, maka akan diberikan kepada kota lain yang lebih siap.

“Masterplan ini harus berhasil. Jangan sampai setelah selesai studi dan penyusunan master plan ini selesai, hanya ditumpuk tidak dipakai. Harapan saya ini dapat berhasil,” tegasnya.

Untuk memperlancar penyusunan master plan ini, Ditjen Cipta telah membentuk tim yang berjumlah 32 orang. Tim ini bertugas untuk membantu konsultan dan menjembatani antara pemerintah pusat dan daerah dalam penyusunan master plan. Diaman, setiap kota akan didampingi tim sebanyak empat orang.

Terkait komitmen pemerintah daerah, Direktur Water dan Sanitation IndII, Jim Coucouvinis juga mengatakan hal yang senada. Menurutnya, komitmen dari pemerintah daerah menjadi kunci keberhasilan penyusunan master plan ini. “Semua ini untuk kepentingan anda bukan untuk kami,” katanya.

Pemerintah Australia saat ini telah memberikan bantuan kepada Pemerintah Indonesia dalam bidang Cipta Karya sebesar $ 100 juta untuk empat tahun ke depan. Sementara untuk air limbah sebesar $ 7 juta

22 Sep 2010
sumber: http://www.mafiosodeciviliano.com

menghitung kebutuhan air bersih gedung(informatif)

Sumber Air
Air yang berasal dari mata air
Air danau
Air PAM
Air dari dalam tanah (sumur galian atau sumur pompa)

Hasil penelitian di 8 kota di Indonesia menunjukkan komsumsi air rata-rata sebanyak 138,5 liter/orang/hari (Slamet, 1996) dengan perincian sebagai berikut :

1. Untuk mandi, cuci, kakus : 12,0 ltr/orang/hari (8,72 %)

2. Untuk Minum : 2,0 ltr/orang/hari ( 1,4 %)

3. Untuk Cuci Pakaian : 10,7 ltr/orang/hari ( 7,7 %)

4. Untuk Kebersihan Rumah : 31,4 ltr/orang/hari (22,7 %)

5. Untuk Taman : 11,8 ltr/orang/hari (8,5 %)

6. Untuk Cuci Kendaraan : 21,1 ltr/orang/hari (15,2 %)

7. Untuk Wudhu : 16,2 ltr/orang/hari (11,7 %)

8. Lain-lain : 33,3 ltr/orang/hari (24,2 %)


Tipe Bangunan
Liter/hari
 Sekolahan
Sekolahan + Kafetaria
Apartemen
Kantor
Taman Umum
Taman dan Shower
Kolam renang
Apartemen mewah
Rumah susun
Hotel
Pabrik
Rumah sakit umum
Rumah perawat
Restoran
Dapur dari hotel
Motel
Drive in
Pertokoan
Service station
Airport

Gereja
Rumah tinggal
Marina
-Toilet duduk
-Wastafel
-Shower

57
95
133
57 – 125
19
38
38
570/unit
152/unit
380/kamar
95
570/unit
285/unit
95
38
190/t.tidur
19/mobil
1.520/toilet
38
11 – 19/penumpang

19 – 26/t.
150 – 285
38
157
570


(ilustrasi) Untuk gedung berlantai 5 – 8 = Perkantoran
Ratio kebutuhan air bersih = 100 liter/orang/hari
Ratio kebutuhan air panas = 10 liter/orang/hari
Waktu pemakaian terpadat = 2 jam
Kepadatan bangunan = 8 m²/orang
Luas lantai untuk perkantoran

1.200 m² x 4 = 4.800 m²
4.800 – (10% x 4.800) = 4.320 m²

Jumlah pemakai
4.320 /8 = 540 orang

Jumlah kebutuhan air bersih selama 1 jam :
(540 x 100)/24 = 2.250 liter/jam

Kebutuhan air bersih terpadat :
2.250 x 1,5 x 2 = 6.750 liter/orang .. (2)


Kebutuhan air panas selama 1 jam
(540 x 10)/24 = 225 liter/orang


Kebutuhan air panas terpadat
225 x 2 = 450 liter/orang.. (3)


Jadi kebutuhan air panas dan air dingin pada gedung tersebut termasuk core dari lantai 1 sampai 8 adalah = 10.125 + 6.750 + 450 = 17.325 liter/orang

= 17,325 m³……………(A)

Kebutuhan statis dan pemadam kebakaran :

30 % x 17.325 = 5,1975 m³ ……………………………………(B)


Kebutuhan sirkulasi akibat kebocoran dan hal-hal yang tidak terduga

20 % x 17,325 = 3,465 m³……………………………………..(C)


Total kebutuhan air bersih :


= 17,325 + 5,1975 + 3,465

= 25,9875 m³

dari berbagai sumber

Habibie, air, dan 50 persen Jawa(tokoh)


Presiden RI periode 1998-1999, BJ Habibie
 Surabaya (ANTARA News) - Bagi Presiden RI periode 1998-1999, BJ Habibie, air agaknya memiliki makna khusus dalam kehidupannya, bahkan menjadi rahasia bagi kemampuan otaknya selama ini.

"Dulu saya memiliki banyak asisten, tapi sekarang sudah tidak. Asisten saya sekarang adalah otak saya. Dulu saya banyak membawa catatan, tapi sekarang saya mengandalkan otak," ucapnya dalam orasi ilmiah Dies Natalis ke-52 Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Sambil memegang kepalanya, penggagas pesawat terbang N-250 itu pun membeberkan rahasia menjaga kemampuan otak. "Menjaga kemampuan otak itu mudah, banyak minum air saja. Saya banyak minum air," tuturnya.

Di hadapan ribuan sivitas akademika ITS, mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi (Menristek) itu menceritakan prestasi yang diraihnya, termasuk penghargaan 50 tahun organisasi penerbangan sipil internasional di bawah naungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (ICAO).

"Penghargaan yang saya terima pada tahun 1994 itu bukan untuk saya, tapi untuk negara berkembang. Bahkan kemampuan itu tidak ditentukan negara maju atau berkembang, negara kaya atau miskin, tapi ditentukan otak," ujarnya.

Namun, ungkapnya, orang Jerman juga merasa senang dengan penghargaan yang diterimanya. "Mereka anggap saya ibarat bahan baku dari Indonesia, tapi olahan Jerman," tukasnya.

Oleh karena itu, ia merasa senang saat media massa bertanya: "50 tahun lalu Habibie berada di mana dan sedang apa?". "Saya jawab, saya sedang mengungsi di hutan di kawasan Bugis, dan mengaji Al Quran setelah Shalat Isya," kata suami dari Hasri Ainun Habibie (1937-2010) itu.

Setelah itu, ia pun berterus terang bahwa dirinya merupakan keturunan orang Indonesia. "Darah saya itu 50 persen Jawa, 25 persen Gorontalo, dan 25 persen Bugis," ujarnya. Ibunda Habibie adalah orang Jawa, dan ayahnya dari Gorontalo, sedangkan nenek moyang garis ayahnya dari Bugis.

Habibie yang menyebut para mahasiswa sebagai "cucu" itu pun bercerita bahwa semua pengalaman hidupnya itu kini dijadikan film yang saat ini masih syuting di Klaten, yang juga tanah leluhur ibunda maupun istrinya.

"Karena itu, saya sekarang sering ke Klaten untuk mengoreksi alur cerita dalam film itu. Saya sering membawa cucu saya untuk melihat syuting film itu, dan dia pun suka berkomentar kalau ada cerita tentang almarhumah istri saya yang tidak cocok dengan apa yang diketahuinya," demikian BJ Habibie.

Sumber:http://www.antaranews.com/berita/342968/habibie-air-dan-50-persen-jawa

Ir. Rudianto Handojo: tips untuk Atasi Banjir(informatif)


banjir di perkotaan
Setelah tahun 2002 banjir melanda wilayah Ibukota dan sekitarnya, awal Februari 2007 banjir kembali menenggelamkan rumah warga di sebagian wilayah Jabodetabek. Banjir yang diduga sebagai siklus lima tahunan ini, telah memecahkan rekor banjir sebelumnya, akibat hantaman air itu infrastruktur Ibukota terganggu. Dalam bincang-bincang dengan eramuslim, Pengamat Perkotaan dari Institut Tekhnologi Bandung Ir. Rudianto Handojo mengungkapkan mengapa masalah banjir di Jakarta tidak bisa tertuntaskan dan malah makin parah.

Menurut Anda, mengapa banjir di Jakarta makin parah, dibandingkan tahun 2002 lalu, apa sebenarnya penyebabnya?

Pertama, kalau kita sekarang berbicara, andalan kita banjir kanal, sekarang sudah ada Banjir Kanal Barat dan sedang membangun Banjir Kanal Timur, mudah-mudahan selesai. Tapi jangan berharap terlalu banyak kalau Banjir Kanal Timur selesai lantas akan bebas banjir. Karena itu desain zaman Belanda tahun 1930-an, untuk menjangkau Jakarta tahun 1950. Kalau kemudian kita bangun pasti desain tahun 50-an dengan desain tahun 2000 sudah jauh berbeda sekali. Pasti tidak akan sanggup menampungnya.

Namun apabila merujuk pertanyaan tadi, saya harus jelaskan bahwa banjir ini masalah yang tidak berdiri sendiri. Kenapa demikian, karena kita tahu alasan yang mempengaruhinya adalah daerah aliran sungai (DAS). Saya mencoba membagi atas tiga bagian, yakni bagian hulu, tengah kemudian hilir, ditambah muara. Kita mempunyai muara, tetapi yang bisa ditangani secara langsung oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta hanya di daerah hilir dan muaranya, sedangkan untuk daerah tengah dan hulu tidak bisa dijangkau oleh DKI Jakarta. Padahal di sanalah hujan yang terjadi akhir-akhir ini terjadi, di bagian hulu dan tengah daerah aliran sungai.

Daerah aliran sungai hulu dan tengah yang anda maksud itu mana saja?

Kalau bicara 13 sungai yang mengalir ke DKI Jakarta, hulunya itu mulai di daerah puncak Bogor, tengahnya di wilayah Cibinong, dan juga Depok. Di sana terjadi penggundulan hutan, pohon-pohonan hilang diganti dengan villa dan sebagainya. Itu yang berpengaruh sangat besar, bukan saja pohonnya yang tidak menyerap air, tanahnya pun tidak bisa menyerap air.

Untuk pembenahannya memang harus dilakukan secara teknis, penyerapan buatan itu bisa saja, tetapi masalahnya adalah pemerintah DKI Jakarta tidak boleh melakukan pembiayaan di luar daerahnya, padahal daerah sana di bawah Pemda Jawa Barat dengan anggaran yang tersedia relatif sedikit, rasanya tidak terlalu berkepentingan dengan yang terjadi di DKI Jakarta. Karenanya Gubernur Sutiyoso ingin membiayainya, dengan melakukan cross subsidi, karena merasa memiliki anggaran lebih banyak. Namun hal itu dirasakan belum memungkinkan dengan peraturan yang ada.

Apakah langkah itu cukup efektif mengurangi ancaman banjir di Ibukota?

Kalau langkah-langkah itu dilakukan dengan betul-betul terukur dan jelas, hasilnya bisa efektif. Tapi jika penanganannya tidak terukur, saya tidak yakin berhasil.

Lalu, dalam jangka pendek, apa yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi banjir?

Tentu yang nomor satu adalah pengetatan peraturan, dalam peraturan sebetulnya sudah ada pengaturan koefisien luas bangunan, dan koefisien yang boleh menjadi perkerasan (areal yang dibangun), namun banyak yang dilanggar. Daerah hijau semua sudah berubah menjadi perumahan, tetapi yang harus bisa dilakukan adalah bagaimana mereka yang mengambil hak air ini, karena air mempunyai hak meresap ke tanah tapi tanah itu kemudian ditutup dengan jalan, dengan adanya bangunan, harus ada ganti bagi daerah resapan.

Jadi apapun yang dibuat perkerasan, harus bisa diganti dengan peresapan buatan. Sehingga ada daerah alternatif dan untuk itu perlu dibuat lagi danau-danau (situ) sebanyak mungkin. Saat ini keberadaan situ sudah berkurang dari jumlah awalnya, hanya tinggal beberapa puluh saja. Jadi kita harus membuat lagi sebanyak mungkin. Karena itu yang akan berperan sebagai penjaga air-air.

Kemudian sebisa mungkin dilakukan injeksi ke bumi untuk mengisi kantong-kantong di bawah tanah, kalau airnya mengalir ke Jakarta akan menjadi air tanah dan bisa menahan intrusi air laut.

Dengan kata lain, selama ini ada yang salah dalam pelaksanaan pembangunan di kota Jakarta?

Jakarta sudah sedemikian rupa berubah, tapi kemampuan mengantisipasi perubahan ini selalu terlambat. Ibaratnya, kita punya jalan di DKI Jakarta dari tahun 1950-an tapi tidak diubah sampai sekarang, pasti akan mengalami kesemrawutan, sehingga kita harus membuat jalan lebih besar, jalan tol, nah jalan-jalan tol besar itu ibarat kita sedang membuat banjir-banjir kanal.

jadi intinya, adalah sistem drainase kita rasanya tidak mencukupi. Yang harus dilakukan oleh pemda adalah membuat normalisasi seperti pelebaran sistem drainase supaya bisa menampung air. Itupun belum cukup. Kita harus mempunyai sistem yang memang sesuai dengan Jakarta sampai tahun 2050, jangkauan kita harus ke depan. Jakarta tahun 2050 dengan sistem drainase yang terdesain untuk menjangkau kepadatan penduduk pada masa itu.

Maksud Anda, pembangunan di Jakarta harus diseimbangkan dengan pembuatan resapan air yang memadai?

Betul, memang ada aturan yang mengharuskan bahwa disetiap kavling rumah dibangun satu sumur resapan, tapi saya tidak pernah melihat evaluasinya, sejauhmana efektifnya dan apakah hal itu dilakukan atau tidak. Harusnya kalau mau konsekuen bukan hanya rumah yang melakukan itu, tapi seluruh bangunan-bangunan gedung, jalan, semua diwajibkan membuat peresapan air pada ruas-ruas jalan itu.

Bagaimana dengan keberadaan pintu-pintu air?

Itu sepertinya bukan untuk mengurangi banjir ya, tapi untuk mengatur supaya banjirnya merata, jangan disatu tempat banjirnya 5 meter, tapi di tempat lain 1 meter. Bukan untuk mengurangi, hal itu dilakukan kurang lebih hanya untuk menyeimbangkan tekanan air, namun tetap saja kita tidak bisa mengatasi tekanan air yang volumenya demikian besar.

Dan satu hal lagi yang perlu diketahui bahwanya banjir ini terjadi karena perubahan iklim global. Dulu kita sangat terbiasa dengan curah hujan yang relatif teratur mulai bulan September, Oktober, November, Desember dan Januari, tetapi saat ini entah memang karena pemanasan global kita jadi mengenal yang namanya badai. Padahal 20 tahun lalu tidak ada badai di sini, hanya diwilayah sub-tropis seperti Filipina dan Hongkong. Dan pada waktu dulu kita juga hanya mengenal dengan istilah banjir besar dengan R50, kalau intesitasnya sering R25, kemudian R10, dan sekarang sudah ada R5. Untuk R5 ini adalah peristiwa banjir besar yang terjadi 5 tahun sekali.

Setahu saya kalau ada banjir besar yang tidak tertangani kita menyebutnya R25, itu berarti terjadi setiap 25 tahun sekali, tapi kemudian 10 tahun lagi terjadi kemudian disebut R10. Dapat dikatakan banjir yang terjadi saat ini disebabkan adanya fluktuasi hujan. Kalau dulu hujan bisa terbagi dari enam bulan, lima bulan, ataupun empat bulan secara merata, namun untuk sekarang terjadi hanya pada satu pekan saja, otomatis kandungan air ditujuh pekan itu sebetulnya, tidak bisa ditampung dengan sistem apapun
.
Jadi penyebab banjir yang terjadi akhir pekan lalu itu salah satunya karena ada perubahan karakter cuaca global, bukan semata-mata tata ruang kota yang salah?

Ya ada perubahan iklim.

Anda punya usulan sistem apa yang bisa diterapkan di negara kita untuk antisipasi banjir?
Kalau bicara hulu, kita harus membuat parit-parit bertangga untuk sebuah jebakan supaya air dapat menyerap. Di daerah tengah membuat danau-danau dan harus ada sistem injeksi air. Kita sudah mempunyai teknologinya dan itu tidak sulit. Kalau di kota DKI Jakarta sendiri selain melakukan normalisasi, juga harus menambah daya serap air. Hal ini akan mengalami masalah kesulitan jika air banjir bertemu dengan air pasang saat bulan purnama. Banjir itu tahan lama dan mengendap.

Pernah juga ada usulan yang sangat inkovensional, yakni membuat danau air tawar di laut, dengan cara laut dibentengi sampai titik tertentu yang cukup besar kemudian air di situ dipompa ke luar. Memang biayanya besar dan itu bisa diparalelkan, tapi ini bukan usulan dari saya ya, saya hanya mempelajarinya. Ini bisa saja dilakukan, tetapi membutuhkan kajian yang panjang, menyangkut lingkungan dan juga pembiayaan. Selama kita bisa membiayainya sendiri menjadi satu kawasan yang bagus, hal ini mungkin saja dilakukan.

Prinsipnya membuat suatu grafitasi, selama ini kondisi di Jakarta landai dari ujung selatan sampai ke lautnya, sehingga air pelan mengalir. Yang bisa dilakukan adalah membuat permukaan air di laut jauh lebih rendah sehingga membuat air lancar dan cepat mengalir. Karena seolah-olah muka laut direndahkan atau diturunkan. Saya anggap itu usulan yang masuk akal, meskipun inkonvensional, tetapi bisa dilakukan.

Sumber:
http://www.eramuslim.com/berita/bincang/ir-rudianto-handojo-untuk-atasi-banjir-kembalikan-hak-resapan-air.htm

Gagasan Penataan Drainase dan Pengendalian Banjir bag II (informatif)

banjir di perkotaan

Sebagaimana telah disinggung didepan, banjir di kota pantai bersumber pada meningkatnya debit banjir dari daerah tangkapan airnya, dan pengaruh fluktuasi muka air laut akibat pasang surut. Oleh karena itu, pengendalian banjir di kota pantai pada dasarnya terdiri dari tiga pendekatan, yaitu:
(1). Pengendalian banjir yang datang dari DAS di hulunya
(2). Pengendalian banjir lokal, dan
(3). Pengendalian banjir akibat pasang surut atau rob.
Pengendalian banjir yang datang dari DAS di hulunya dapat dilakukan dengan mengendalikan aliran permukaan. Paradigma yang selama ini dipakai untuk menanggulangi banjir harus diubah, dari paradigma drainase ke paradigma manajemen sumberdaya air, karena paradigma lama yang dipakai untuk mengatasi banjir dan drainase lingkungan telah gagal. Paradigma drainase mendasarkan penanggulangan banjir dengan jalan membuang kelebihan air dari daerah yang dilindungi secepat-cepatnya ke tempat lain, melalui pembuatan dan/atau normalisasi sungai dan saluran-saluran. Dari sisi daerah yang dilindungi, pendekatan ini dapat diterima, karena kemungkinan besar permasalahan dapat di atasi. Namun pendekatan ini dapat menimbulkan masalah di daerah bawah, karena banjirnya akan berpindah ke lokasi ini.
Dalam paradigma manajemen sumber daya air, permasalahan banjir dan genangan tidak hanya diselesaikan dengan membuang air secepat-cepatnya dari daerah yang dilindungi dengan jalan membuat saluran-saluran, tetapi yang lebih penting adalah mengelola sumber banjirnya. Banjir yang bersumber dari air hujan perlu dilakukan regulasi aliran permukaan dengan jalan pengembangan detention ponds, recharge ponds, retention ponds, sumur resapan dan lain-lain. Sementara air yang datangnya dari laut (rob) harus dihambat supaya tidak masuk wilayah yang dilindungi.
Implementasi paradigma ini berlaku untuk setiap tingkatan  daerah tangkapan, mulai dari petak lahan, komplek perumahan, areal perkotaan, sampai tingkat DAS. Setiap pemilik lahan, baik itu di kawasan perumahan, kawasan bisnis, kawasan industri, maupun kawasan pertanian, bertanggung jawab terhadap air hujan yang jatuh pada lahannya masing-masing.  Kewajiban yang harus dilakukan oleh pemilik lahan adalah meminimalkan aliran permukaan yang keluar dari lahan sehingga tidak melebihi aliran yang terjadi sebelumnya. Dalam skala yang lebih luas, misalnya kompleks perumahan, atau tingkat kota,  jaringan drainase harus dilengkapi dengan detention, retention, atau recherge ponds. Usaha ini dapat diintegrasikan dengan kawasan rekreasi, taman, tempat bermain, fasilitas olah raga, dan fasilitas umum lainnya yang penggunaannya tidak sepanjang waktu.

Gagasan Penataan Drainase dan Pengendalian Banjir bag I (informatif)


banjir jakarta
Banjir merupakan permasalahan dan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, pengusaha, atau istilah populernya semua stakeholders. Menjawab permasalahan banjir tersebut, di luar studi yang telah dilakukan pemerintah, telah muncul beberapa ide/usulan yang datang dari masyarakat, yang menonjol antara lain:

1). Dam lepas pantai

Ide ini dikemukakan oleh Dipl. Ing. John Wirawan pertama kali pada tahun 1999, dan telah menjadi wacana publik, karena gencarnya sosialisasi yang dilakukan oleh penggagasnya. Namun sampai saat ini masih berhenti pada wacana, belum ada studi mendalam tentang kelayakannya dari berbagai aspek.

Konsep dasar sistem ini adalah dengan membuat dam lepas pantai sepanjang 18 km yang membentang dari perbatasan Semarang-Demak sampai Kabupaten Kendal, sehingga tercipta danau seluas 3.000 ha, dengan kapasitas 375 juta m3 Air dalam danau dijaga elevasinya sedemikian rupa sehingga air dari daratan dapat selalu mengalir ke danau secara gravitasi.

2). Polder pantai

Kemungkinan lain untuk menanggulangi banjir kota Semarang adalah sistem polder pantai. Sistem ini mempunyai konsep yang hampir sama dengan dam lepas pantai, namun dalam skala yang lebih kecil. Untuk melayani seluruh kota Semarang, dapat saja dibuat beberapa polder pantai, dimana masing-masing berdiri sebagai sistem yang tidak saling mempengaruhi.

3). Recharge deep well

Konsep ini sebenarnya bukan merupakan gagasan baru, namun merupakan pengembangan dari konsep sumur resapan. Dasar pemikirannya juga tidak jauh berbeda dengan sumur resapan, disini air diresapkan ke dalam lapisan akifer tertekan yang telah mengalami penurunan tekanan piezometernya jauh di bawah muka tanah, sehingga punya daya sedot yang cukup. Dalam konsep ini yang perlu diperhatikan, di samping tinggi pizometer adalah kualitas air yang di isikan ke dalam tanah harus baik, untuk menghindari adanya pencemaran air tanah.

4). Penataan kawasan atas

Kota-kota pantai di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, dan Semarang, menghadapi permasalahan laten berupa banjir, baik banjir musiman yang datang tiap musim hujan, maupun banjir harian akibat rob. Banjir tersebut diakibatkan oleh meningkatnya debit banjir dari daerah tangkapan air, berkurangnya kapasitas saluran akibat sedimentasi, hilangnya tampungan banjir alamiah berupa rawa-rawa, adanya pasang surut, dan akibat amblesan muka tanah.

sumber: http://www.mafiosodeciviliano.com

Pengelolaan Air hujan Dengan Teknologi Low Impact Development (LID)(informatif)


LID memanfaatkan praktek pengelolaan air hujan yang terintegrasi antara sistem drainase lokal, skala kecil, dan pengendaliaan sumber daya air menyebar. Praktek pengelolaan air hujan terintegrasi ini bukan hanya tergantung pada jaringan saluran drainase dan bangunan pengontrolnya, tetapi juga memanfaatkan gedung-gedung infrastruktur drainase dan penataan lahannya dalam usaha menahan aliran air hujan ke daerah hilir.

Untuk mempertahankan kondisi hidrologi dari wilayah yang dikembangkan seperti kondisi awal, tegnologi pengelolaan air hujan dengan LID memfokuskan pada beberapa elemen utama hidrologi.

Elemen utama yanga harus diperhatikan adalah meminimumkan limpasan permukaan dengan mengurangi perubahan lahan kedap air. selain itu perlu memperbanyak tumbuhan-tumbuhan penutup tanah seperti lahan yang tertutup rumput dan tanaman-tanaman. memperlama waktu konsentrasi (Tc) dengan memperpanjang jalur aliran, meningkatkan kekasaran dengan mengurangi penggunaan saluran pasangan atau pipa, melakukan konservasi dari sistem alam sehingga dapat menurunkan puncak banjir.

Tampungan air yang permanent atau sementara sangat diperlukan untuk mengiontrol volume dan puncak banjir, serta kualitas air limpasan

Cara berikut adalah cara tradiosional yang sering dipakai untuk menampung airagar volume dari puncak banjir menurun:

  • Menggunakan sauran dengan bangunan check yang menahan lairan.
  • Saluran lebar dengan kemiringan kecil (Long Storage).
  • Penampungan air hujan dengan tangki air penampungan.
  • Penampungan air hujan diatap rumah.
  • Penamoungan dangkal di lapangan parkir.
  • Lahan basah dan kolam-kolam tampungan.
  • Berbagai macam Teknologi Low Impact Development
  • Bioretention (Rain Garden)Saluran Rumput serta.Perkerasan yang lulus air
sumber: http://www.mafiosodeciviliano.com

alat pendeteksi aliran air bawah tanah


Air tanah yang merupakan sumber daya alam terbarukan (renewable natural resources) mempunyai peran penting pada penyediaan pasokan kebutuhan air bagi berbagai keperluan. Bukan tidak mungkin air tanah dimasa mendatang akan menjadi sumber daya alam yang tidak dapat diperbarukan apabila kegiatan eksploitasi air tanah di wilayah hilir tidak disertai dengan upaya konservasi dan reboisasi di wilayah hulu. Eksploitasi yang disertai konservasi merupakan upaya untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian air tanah. Sedikit atau banyaknya imbuhan air hujan yang terkandung dalam air tanah tergantung pada luas kawasan konservasi dan daerah tangkapan air hujan pada daerah hulu.

Eksplorasi sumber daya mineral air tanah bertujuan untuk mengetahui besarnya potensi dan keberadaan akuifer sebelum dilakukan kegiatan pengeboran atau eksploitasi. Untuk mengetahui dugaan potensi air tanah, dalam hal ini mengetahui posisi atau letak serta penyebarannya, maka perlu dilakukan studi pengukuran hydrolocator dan geolistrik resisitivitas 2 dimensi. Untuk kegiatan ini dilakukan eksplorasi air tanah dengan metode hydrolocator. Hasil pengukuran ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang dugaan potensi air tanah baik secara lateral (tampak atas) terutama lebar aliran air tanahmaupun vertical dalam hal ini estimasi dugaan kedalaman lapisan akuifer.

sumber: http://www.mafiosodeciviliano.com