banjir jakarta |
Pertumbuhan penduduk meningkat maka kebutuhan pokok & sekunder juga akan meningkat. Aktifitas pembangunan yang dilakukan cenderung dan lebih ditekankan adalah pada pembangunan berlanjut yang dominan di aspek ekonomi semata. Sedangkan aspek sosial dan lingkungan menjadi terabaikan.
Terjadi eksploitasi alam yang berlebihan, perubahan tata guna lahan yang tak terkendali dan menurunnya daya dukung lingkungan. Multi-player effect dari aktivitas tersebut pada hakekatnya menimbulkan kecenderungan peningkatan bencana baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Global Water Partnership/GWP), 2001; Kodoatie dan Syarief, 2005).
Terjadilah paradoks antara penduduk dan air: pertumbuhan penduduk yang meningkat mengakibatkan kebutuhan air meningkat namun ketersediaan air menjadi berkurang karena terjadi peningkatan lahan/ruang terbangun.
Muncul konflik-konflik: konflik kepentingan dan kebutuhan antara man versus water; konflik ruang terbangun versus ruang terbuka hijau; konflik tata ruang bangunan versus tata ruang air. Peningkatan ruang terbangun menyebabkan pengurangan ruang terbuka hijau yang besar terutama di daerah-daerah perkotaan. Banyak lahan hijau, situ-situ, daerah resapan dan tempat tinggal air telah hilang (Kodoatie dan Syarief, 2007).
Air di Bumi Kita
1. Hanya 2,5% yang berupa air tawar dan hanya 1,0% yang dapat dimanfaatkan dengan beaya rendah (air danau, air sungai, waduk, air tanah dangkal).
2. Sisanya (97,5%) berupa air asin/laut.
Diperlukan upaya bersama untuk mempertahankan keberadaan air untuk kelangsungan kehidupan dan peradaban sekarang sampai yang akan datang.
Ketersediaan Air di Berbagai Negara
9 NEGARA TERKAYA AIR
Rata-rata 600 50 m3/th/Jiwa
Minimum 50 50 m3/th/Jiwa
Maksimum 20.000 50 m3/th/Jiwa
Hampir 75% kejadian bencana di dunia berkaitan dengan cuaca dan iklim, BANJIR DAN TANAH LONGSOR merupakan PENYEBAB BENCANA ALAM TERBESAR.
Selama 1990-2001 terjadi lebih dari 2.200 kejadian bencana yang berkaitan dengan air (WATER RELATED DISASTERS) di dunia. Bencana tersebut terjadi di Asia (39%) dan di Afrika (29%).
Bencana-bencana yang terkait dengan air terdiri dari: BANJIR (50%), EPIDEMI (29%), KEKERINGAN (11%), dan KELAPARAN (2%).
Korban jiwa karena banjir tercatat 15% dari bencana alam, karena kelaparan 42%.
Di Indonesia, kejadian bencana selama 1998-2003 tercatat: BANJIR 405 kali (35%) dan KEKERINGAN 167 kali (28%).
Dampak bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan:
korban bencana banjir dan tanah longsor 2001-April 2004: 671 meninggal, 228 hilang, dan 672.525 mengungsi
berbagai sumber
Terjadi eksploitasi alam yang berlebihan, perubahan tata guna lahan yang tak terkendali dan menurunnya daya dukung lingkungan. Multi-player effect dari aktivitas tersebut pada hakekatnya menimbulkan kecenderungan peningkatan bencana baik dari segi kuantitas maupun kualitas (Global Water Partnership/GWP), 2001; Kodoatie dan Syarief, 2005).
Terjadilah paradoks antara penduduk dan air: pertumbuhan penduduk yang meningkat mengakibatkan kebutuhan air meningkat namun ketersediaan air menjadi berkurang karena terjadi peningkatan lahan/ruang terbangun.
Muncul konflik-konflik: konflik kepentingan dan kebutuhan antara man versus water; konflik ruang terbangun versus ruang terbuka hijau; konflik tata ruang bangunan versus tata ruang air. Peningkatan ruang terbangun menyebabkan pengurangan ruang terbuka hijau yang besar terutama di daerah-daerah perkotaan. Banyak lahan hijau, situ-situ, daerah resapan dan tempat tinggal air telah hilang (Kodoatie dan Syarief, 2007).
Air di Bumi Kita
1. Hanya 2,5% yang berupa air tawar dan hanya 1,0% yang dapat dimanfaatkan dengan beaya rendah (air danau, air sungai, waduk, air tanah dangkal).
2. Sisanya (97,5%) berupa air asin/laut.
Diperlukan upaya bersama untuk mempertahankan keberadaan air untuk kelangsungan kehidupan dan peradaban sekarang sampai yang akan datang.
Ketersediaan Air di Berbagai Negara
9 NEGARA TERKAYA AIR
- BRAZIL 5.670 km3/th
- RUSSIA 3.904 km3/th
- CHINA 2.880 km3/th
- CANADA 2.856 km3/th
- INDONESIA 2.530 km3/th
- USA 2.478 km3/th
- INDIA 1.550 km3/th
- COLOMBIA 1.112 km3/th
- ZAIRE 1.020 km3/th
- MALTA 50 m3/th/Jiwa
- QATAR 62,5 50 m3/th/Jiwa
- BAHAMA 87 50 m3/th/Jiwa
- BAHRAIN 119 50 m3/th/Jiwa
- YAMAN 126 50 m3/th/Jiwa
- SAUDI ARABIA 191 50 m3/th/Jiwa
- LIBYA 194 50 m3/th/Jiwa
- UAE 231 50 m3/th/Jiwa
- SINGAPORE 234 50 m3/th/Jiwa
- JORDAN 313 50 m3/th/Jiwa
Rata-rata 600 50 m3/th/Jiwa
Minimum 50 50 m3/th/Jiwa
Maksimum 20.000 50 m3/th/Jiwa
Hampir 75% kejadian bencana di dunia berkaitan dengan cuaca dan iklim, BANJIR DAN TANAH LONGSOR merupakan PENYEBAB BENCANA ALAM TERBESAR.
Selama 1990-2001 terjadi lebih dari 2.200 kejadian bencana yang berkaitan dengan air (WATER RELATED DISASTERS) di dunia. Bencana tersebut terjadi di Asia (39%) dan di Afrika (29%).
Bencana-bencana yang terkait dengan air terdiri dari: BANJIR (50%), EPIDEMI (29%), KEKERINGAN (11%), dan KELAPARAN (2%).
Korban jiwa karena banjir tercatat 15% dari bencana alam, karena kelaparan 42%.
Di Indonesia, kejadian bencana selama 1998-2003 tercatat: BANJIR 405 kali (35%) dan KEKERINGAN 167 kali (28%).
Dampak bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan:
korban bencana banjir dan tanah longsor 2001-April 2004: 671 meninggal, 228 hilang, dan 672.525 mengungsi
berbagai sumber
No comments :
Post a Comment