Pratinjau

1 Nov 2012

Teknologi deteksi air untuk mengatasi masalah kekeringan


Sejumlah daerah di Indonesia kini tengah dilanda kekeringan. Teknologi tertentu dapat membantu mengantisipasi bencana kekeringan. Dengan pengelolaan air tanah yang tepar, daerah bisa memetakan sumber-sumber potensi air tanah. Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) dapat melacak potensi air tanah dengan deteksi nuklir. Teknik isotop adalah salah satu teknik yang dapat digunakan untuk mempelajari potensi suatu air tanah.

Air tanah adalah salah satu sumber air bersih yang tersedia. Cakupan sebaran air tanah atau akifer yang cukup luas dan sifatnya yang relatif lebih sulit terkontaminasi oleh polutan permukaan, membuat sumber air tanah menjadi sumber air yang penting dan strategis. Disamping itu, air tanah juga berfungsi sebagai media penopang beban permukaan.

Pemanfaatan air tanah harus melalui suatu menejemen terpadu untuk menjamin pemakaian berkesinambungan. Pengetahuan tentang potensi air tanah adalah sangat penting sebelum eksploitasi dilakukan.

Teknik isotop dapat digunakan untuk menentukan hubungan air tanah dengan air permukaan sekitarnya atau hubungan antara beberapa akifer air tanah.

“Dengan teknik isotop kita bisa mengetahui potensi air tanah sebagai sumber air bersih. Disana kita bisa melihat apakah ekstraksi air tanah yang dilakukan sudah melampaui input yang bisa masuk ke dalam sistem air tanah tersebut. Kalau itu terjadi akan terjadi pengosongan akifer yang pada akhirnya mengakitbakan kekeringan. Teknik ini mengungkap potensi air tanah sehingga bisa membantu eksplorasi,” jelas Paston Sidahuruk, Peneliti PATIR Batan.

Paston mengatakan tidak ada batasan berapa kedalaman yang dapat diukur dengan teknologi ini. Selama air bisa diambil maka penelitian dapat dilakukan. Analisis air sendiri dilakukan di laboratorium, dilapangan hanya mengambil sampel air tersebut.

Isotop ini bisa menceritakan di ketinggian berapa air tanah masuk sehingga kita bisa mempredisksi daerah imbuhnya. Dengan prediksi ini maka kita bisa menjaga kelestarian daerah tersebut, dan memprediksi berapa jumlah air yang masuk ke dalam akifer. Selain itu dengan tritium yang juga dihasilkan teknik isotop, kita bisa mengungkap umur air tanah tsb.

Teknologi ini sudah pernah dilakukan untuk meneliti air tanah di Jakarta, Pasruan, Sumatera Utara, Gunung Salak dan tempat lainnya. Kalau kondisi air tanah kering bisa dianalisis apa yang terjadi disana. Misalnya apakah terjadi karena eksploitasi sudah dikembangkan terlalu jauh sehingga tidak ada jalan untuk akuifer masuk ke daerah tersebut.

“Kita sudah memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah teknologi apa yamg kita lakukan. Untuk tindak lanjutnya kita tidak bisa terlalu ikut campur. Tapi sosialisasi terus kita lakukan,” ujar Paston dalam siaran Iptek Voice, 13 September 2012

Sumber:http://ristek.go.id

No comments :