polder |
“Kawasan perkotaan seperti Jakarta, Semarng dan kota lain yang berada di kawasan rendah selalu dilanda banjir sehingga masyarakat setempat akan selalu mendapat masalah,” kata Penasehat Utama Kementerian Transportasi dan Pengairan Kerajaan Belanda, Prof Bart Schultz, di Jakarta, Selasa (3/7).
Sementara kondisi drainase yang kurang baik dan penumpukan sampah pada saluran air akibat warga kurang memiliki kesadaran lingkungan, menambah parah kondisi tersebut.
Apalagi saat ini dengan ada isu pemanasan global dan perubahan iklim berakibat terjadi naiknya air laut dan turunnya permukaan tanah akibat pengambilan air tanah, akan semakin menambah luasan kawasan genangan.
Selain itu, berdasarkan penelitian pakar dunia, terjadi naiknya permukaan air laut sekitar 19-58 cm/abad, perubahan kondisi sungai dan debit puncak sekitar 10-30 persen/abad serta meningkatnya curah hujan rata-rata hingga 45 persen/abad.
Untuk itu, katanya, pemerintah yang kawasannya berada di kawasan rendah seperti Indonesia harus mewaspadainya dengan cara mengoptimalkan segala sistem dan membangun infrastruktur dan sarana penting di kawasan yang relatif tinggi,
Sementara itu, Peneliti Madya Puslitbang SDA Departemen PU Joyce Marha Widjaya mengatakan, dalam mengembangkan sistem polder perkotaan harus dilakukan secara terintegrasi antara rencana tata ruang dan tata air utamanya pada kota-kota pantai yang memiliki cekungan.
Setiap tetes air buangan yang jatuh pada kawasan polder harus didrainase dengan bantuan pompa, dan untuk itu perlu disosialisasikan konsep pengendalian pengembangan sistem polder berkelanjutan sebagai langkah antisipasi terhadap perubahan akibat pembangunan yang sangat mempengaruhi dan berdampak pada lingkungan..
Sementara itu Forum Peduli Lingkungan Kelapa Gading, Firman, berharap dengan ada sistem polder tersebut dapat membantu kawasannya yang selalu tergenang akibat limpasnya air dari Danau sunter.
Dia berharap, sistem tersebut bisa dilaksanakan segera dan meminta pemda dan Dinas PU DKI memperhatikan pemasangan tanggul dan drainase, yang dinilai sudah tidak memadai dan airnya sering menggenangi perumahan sekitar meski hujannya sebentar.
Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Pluit Ir Agus Johan mengatakan,hingga saat ini penanganan masalah banjir dan lingkungan baru sebagian yang dijalankan dari yang disepakati.
Menurut dia, masih banyak masalah substansial polder Pluit yang perlu dicarikan solusinya oleh pemangku kepentingan, dengan terhindarnga kawasan Pluit dari genangan tahun 2007 yang lalu, bukan jaminan kawasan tersebut terhindar dari masalah banjir.
Sementara itu Kepala Bappeda Kota Semarang Ir M Farhan mengatakan, untuk mengatasi daerah genangan di kota Semarang pemerintah melakukan upaya pengendalian di daerah hulu dengan mengurangi daerah terbangun.
Dia mengarahkan memperbanyak fungsi konservasi guna mengurangi pendangkalan sungai dan menyebabkan terjadi perluasan genangan dan membangun waduk Jatibarang sebagai kolam retensi guna mengurangi air menuju hilir. (mf/toeb/c)
Sumber: http://depkominfo.go.id
Sementara kondisi drainase yang kurang baik dan penumpukan sampah pada saluran air akibat warga kurang memiliki kesadaran lingkungan, menambah parah kondisi tersebut.
Apalagi saat ini dengan ada isu pemanasan global dan perubahan iklim berakibat terjadi naiknya air laut dan turunnya permukaan tanah akibat pengambilan air tanah, akan semakin menambah luasan kawasan genangan.
Selain itu, berdasarkan penelitian pakar dunia, terjadi naiknya permukaan air laut sekitar 19-58 cm/abad, perubahan kondisi sungai dan debit puncak sekitar 10-30 persen/abad serta meningkatnya curah hujan rata-rata hingga 45 persen/abad.
Untuk itu, katanya, pemerintah yang kawasannya berada di kawasan rendah seperti Indonesia harus mewaspadainya dengan cara mengoptimalkan segala sistem dan membangun infrastruktur dan sarana penting di kawasan yang relatif tinggi,
Sementara itu, Peneliti Madya Puslitbang SDA Departemen PU Joyce Marha Widjaya mengatakan, dalam mengembangkan sistem polder perkotaan harus dilakukan secara terintegrasi antara rencana tata ruang dan tata air utamanya pada kota-kota pantai yang memiliki cekungan.
Setiap tetes air buangan yang jatuh pada kawasan polder harus didrainase dengan bantuan pompa, dan untuk itu perlu disosialisasikan konsep pengendalian pengembangan sistem polder berkelanjutan sebagai langkah antisipasi terhadap perubahan akibat pembangunan yang sangat mempengaruhi dan berdampak pada lingkungan..
Sementara itu Forum Peduli Lingkungan Kelapa Gading, Firman, berharap dengan ada sistem polder tersebut dapat membantu kawasannya yang selalu tergenang akibat limpasnya air dari Danau sunter.
Dia berharap, sistem tersebut bisa dilaksanakan segera dan meminta pemda dan Dinas PU DKI memperhatikan pemasangan tanggul dan drainase, yang dinilai sudah tidak memadai dan airnya sering menggenangi perumahan sekitar meski hujannya sebentar.
Forum Masyarakat Peduli Lingkungan Pluit Ir Agus Johan mengatakan,hingga saat ini penanganan masalah banjir dan lingkungan baru sebagian yang dijalankan dari yang disepakati.
Menurut dia, masih banyak masalah substansial polder Pluit yang perlu dicarikan solusinya oleh pemangku kepentingan, dengan terhindarnga kawasan Pluit dari genangan tahun 2007 yang lalu, bukan jaminan kawasan tersebut terhindar dari masalah banjir.
Sementara itu Kepala Bappeda Kota Semarang Ir M Farhan mengatakan, untuk mengatasi daerah genangan di kota Semarang pemerintah melakukan upaya pengendalian di daerah hulu dengan mengurangi daerah terbangun.
Dia mengarahkan memperbanyak fungsi konservasi guna mengurangi pendangkalan sungai dan menyebabkan terjadi perluasan genangan dan membangun waduk Jatibarang sebagai kolam retensi guna mengurangi air menuju hilir. (mf/toeb/c)
Sumber: http://depkominfo.go.id
No comments :
Post a Comment