Air bersih di Indonesia tidak dikelola secara benar. Beberapa daerah
mengalami kekeringan padahal menurut data yang ada daerah tersebut
memiliki air tanah yang melimpah. Reboisasi tidak dilakukan di tempat
yang tepat agar efeknya optimal. Akibatnya konservasi air bersih tidak
bisa ditawar lagi.
Hal-hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Ir. Hendarmawan M.Sc dari Lab Geologi Lingkungan dan Hidrogeologi Universitas Padjajaran pada saat Workshop Mendalami Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air Tanah di Jakarta, Kamis(19/8).
Berdasarkan data yang diperolehnya pada tahun 2004, Hendarmawan mengatakan seharusnya Indonesia surplus air. "Menurut data UNESCO tahun 2003, Indonesia mendapat kucuran air secara cuma-cuma dengan curah hujan 2.700mm," ucapnya menerangkan data di presentasinya. "Tapi, dibandingkan dengan negara-negara gurun, kita kalah dalam me-manage air."
Dari seluruh air yang ada di Indonesia, hanya 16 persen air tanah yang dapat diperbarui. Menurut Hendarmawan, itu membrihatinkan. "Konservasi tidak bisa ditawar lagi," tegas Dekan Fakultas Teknik Geologi itu. Konservasi tidak hanya untuk menjaga keberadaan air, tapi juga untuk meningkatkan kualitas air.
Sayangnya, konservasi di Indonesia terkendala
dengan masalah data yang sangat minimal karena minimal pula jumlah
stasiun iklim di Indonesia. Kesulitan dalam memperoleh data juga dialami
oleh Zaki Yamani, wartawan Harian Umum Pikiran Rakyat pada saat
melakukan liputan investigasi tentang air. "Untuk menghitung jumlah air
yang dieksploitasi pada satu titik mata air, saya harus menghitung
jumlah tiket yang terkumpul. Saya kalikan jumlah tiket itu dengan ukuran
tanki yang dipakai warga menampung air," jelasnya. Petugas di lapangan
tidak tahu jumlah air yang dikeluarkan per hari. "Padahal, kalau begitu
datanya ada, anak kecil pun bisa tahu jumlah air seimbang atau tidak.
Yah enteng-enteng susah jadinya," ujar Hendrawan diakhiri tawa.
Konservasi air ini belum dapat perhatian dari berbagai pihak karena di Indonesia, air masih dianggap berlimpah dan dapat diperbarui. Tapi, air yang berlimpah belum menjamin jumlah air bersih. "Betul air dapat diperbarui, tapi dalam waktu berapa generasi?" Hendarwan bertanya tanpa mengharap jawaban.
Hal-hal tersebut diungkapkan oleh Dr. Ir. Hendarmawan M.Sc dari Lab Geologi Lingkungan dan Hidrogeologi Universitas Padjajaran pada saat Workshop Mendalami Masalah Pengelolaan Sumber Daya Air Tanah di Jakarta, Kamis(19/8).
Berdasarkan data yang diperolehnya pada tahun 2004, Hendarmawan mengatakan seharusnya Indonesia surplus air. "Menurut data UNESCO tahun 2003, Indonesia mendapat kucuran air secara cuma-cuma dengan curah hujan 2.700mm," ucapnya menerangkan data di presentasinya. "Tapi, dibandingkan dengan negara-negara gurun, kita kalah dalam me-manage air."
Dari seluruh air yang ada di Indonesia, hanya 16 persen air tanah yang dapat diperbarui. Menurut Hendarmawan, itu membrihatinkan. "Konservasi tidak bisa ditawar lagi," tegas Dekan Fakultas Teknik Geologi itu. Konservasi tidak hanya untuk menjaga keberadaan air, tapi juga untuk meningkatkan kualitas air.
http://www.slideshare.net/Desta_92/pengelolaan-sda |
Konservasi air ini belum dapat perhatian dari berbagai pihak karena di Indonesia, air masih dianggap berlimpah dan dapat diperbarui. Tapi, air yang berlimpah belum menjamin jumlah air bersih. "Betul air dapat diperbarui, tapi dalam waktu berapa generasi?" Hendarwan bertanya tanpa mengharap jawaban.
Sumber:http://nationalgeographic.co.id/
No comments :
Post a Comment