Air bersih merupakan kebutuhan dasar manusia dan sangat penting bagi kehidupan masyarakat. Beberapa minggu terakhir ini berbagai media masa cetak maupun elektronik sering sekali diberitakan masalah kekeringan di berbagai daerah di Indonesia, baik itu di daerah perkotaan maupun di perdesaan sehingga juga terkait dengan ketersediaan air untuk irigasi.
Dikatakan oleh Tusy A.Adibroto, pakar lingkungan sekaligus Sekretaris Dewan Riset Nasional, secara umum, permasalahan air bersih di Indonesia adalah pertama masalah kuantitas, yang terkait dengan terjadinya banjir pada saat musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
“Pada saat banjir, masyarakat akan kesulitan dalam mendapatkan air bersih yang layak konsumsi khususnya bagi mereka yang menggunakan sumur-sumur gali karena airnya tercemar oleh air banjir,” kata Tusy pada program siaran radio Iptek Voice, 14 September 2011, di Studio Mini Kemenristek.
Kedua, permasalahan kualitas, yaitu karena sungai-sungai yang umumnya dipergunakan sebagai air baku air minum oleh Perusahaan Air Minum / PAM semakin lama semakin menurun kualitasnya akibat pembuangan air limbah baik oleh masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai maupun dampak dari pembuangan air limbah industri yang tidak diolah secara benar.
Kekeringan yang menyebabkan krisis air bersih tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja melainkan sudah mencapai pelosok desa seperti yang saat ini banyak di liput di berbagai stasiun televisi. Kekeringan sudah dirasakan oleh masyarakat pelosok desa di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.Strategi untuk mengatasi permasalahan ini salah satunya adalah dengan menabung dan memanen air dari air hujan (rain harvesting).
Masyarakat di perkotaan dihimbau untuk membuat sumur-sumur resapan di setiap rumah sehingga bila musim kering tiba, mereka yang menggunakan sumur tanah dapat mempunyai cadangan air dalam waktu yang lebih lama. Dapat juga dengan menampung air hujan di tangki-tangki penampungan yang dibuat di setiap rumah.
”Sumber air kita ada dari air sungai, air danau dan air bawah tanah. Pertambahan penduduk dan industri mengakibatkan kualitas air menurun akibat pembuangan limbah yang mencemari air. Kebutuhan proses kimia untuk mengolah air bersih semakin meningkat. PAM harus memiliki strategi sendiri agar bisa mengolah meningkatkan kualitas air baku. Pertama, memperbesar instalasi untuk memproses air, menambah bahan kimia untuk menetralisir polutan yang ada di air baku, meningkatkan kualitas sampai standar kualitas air minum (contohnya peran serta masyarakat untuk tidak membuang ari limbah atau sampah tanpa melalui pengolahan ke sungai),” tambah Rudi Nugroho, Peneliti di bidang Teknologi Air Bersih dan Air Limbah Pusat Teknologi Lingkungan BPPT yang juga hadir di Studio Mini.
Rudi menambahkan, untuk masalah penyediaan air bersih untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau PAM perlu diupayakan sistem penyediaan air bersih berbasis masyarakat dengan kapasitas kecil yang terbatas untuk kalangan masyarakat tertentu.
”Teknologi pengolahannya disesuaikan dengan air baku yang tersedia, yang mudah dioperasikan, dan tidak kalah penting hendaknya teknologi tersebut merupakan hasil karya dari putra-putra bangsa sehingga sebagian besar menggunakan kandungan lokal, yang berdampak menjadi murah untuk biaya pengoperasiannya. Pendekatan partisipasi masyarakat,” kata Rudi.
Dalam hal ini, Tusy dan Rudi sepakat, masyarakat harus sadar bahwa badan air harus dipelihara bersama. Permasalahan air bersih merupakan permasalahan bersama yang memerlukan kontribusi dan kerjasama berbagai pihak untuk mengusahakannya.
”Selain itu, kedua harus diubah paradigma lama yang menganggap air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas, menjadi air merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga kita semua harus lebih berhati-hati dalam memanfaatkannya dan bijak dalam pengelolaan ketersediaannya. Ketiga, sebisa mungkin melakukan kebiasaan penghematan air, ketika air banyak masyarakat diminta menabung air,” kata Tussy.
Sumber:http://www.ristek.go.id
Dikatakan oleh Tusy A.Adibroto, pakar lingkungan sekaligus Sekretaris Dewan Riset Nasional, secara umum, permasalahan air bersih di Indonesia adalah pertama masalah kuantitas, yang terkait dengan terjadinya banjir pada saat musim hujan dan kekeringan di musim kemarau.
“Pada saat banjir, masyarakat akan kesulitan dalam mendapatkan air bersih yang layak konsumsi khususnya bagi mereka yang menggunakan sumur-sumur gali karena airnya tercemar oleh air banjir,” kata Tusy pada program siaran radio Iptek Voice, 14 September 2011, di Studio Mini Kemenristek.
Kedua, permasalahan kualitas, yaitu karena sungai-sungai yang umumnya dipergunakan sebagai air baku air minum oleh Perusahaan Air Minum / PAM semakin lama semakin menurun kualitasnya akibat pembuangan air limbah baik oleh masyarakat yang tinggal di daerah aliran sungai maupun dampak dari pembuangan air limbah industri yang tidak diolah secara benar.
Kekeringan yang menyebabkan krisis air bersih tidak hanya terjadi di kota-kota besar saja melainkan sudah mencapai pelosok desa seperti yang saat ini banyak di liput di berbagai stasiun televisi. Kekeringan sudah dirasakan oleh masyarakat pelosok desa di Jawa, Sumatra, dan Sulawesi.Strategi untuk mengatasi permasalahan ini salah satunya adalah dengan menabung dan memanen air dari air hujan (rain harvesting).
Masyarakat di perkotaan dihimbau untuk membuat sumur-sumur resapan di setiap rumah sehingga bila musim kering tiba, mereka yang menggunakan sumur tanah dapat mempunyai cadangan air dalam waktu yang lebih lama. Dapat juga dengan menampung air hujan di tangki-tangki penampungan yang dibuat di setiap rumah.
”Sumber air kita ada dari air sungai, air danau dan air bawah tanah. Pertambahan penduduk dan industri mengakibatkan kualitas air menurun akibat pembuangan limbah yang mencemari air. Kebutuhan proses kimia untuk mengolah air bersih semakin meningkat. PAM harus memiliki strategi sendiri agar bisa mengolah meningkatkan kualitas air baku. Pertama, memperbesar instalasi untuk memproses air, menambah bahan kimia untuk menetralisir polutan yang ada di air baku, meningkatkan kualitas sampai standar kualitas air minum (contohnya peran serta masyarakat untuk tidak membuang ari limbah atau sampah tanpa melalui pengolahan ke sungai),” tambah Rudi Nugroho, Peneliti di bidang Teknologi Air Bersih dan Air Limbah Pusat Teknologi Lingkungan BPPT yang juga hadir di Studio Mini.
Rudi menambahkan, untuk masalah penyediaan air bersih untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau PAM perlu diupayakan sistem penyediaan air bersih berbasis masyarakat dengan kapasitas kecil yang terbatas untuk kalangan masyarakat tertentu.
”Teknologi pengolahannya disesuaikan dengan air baku yang tersedia, yang mudah dioperasikan, dan tidak kalah penting hendaknya teknologi tersebut merupakan hasil karya dari putra-putra bangsa sehingga sebagian besar menggunakan kandungan lokal, yang berdampak menjadi murah untuk biaya pengoperasiannya. Pendekatan partisipasi masyarakat,” kata Rudi.
Dalam hal ini, Tusy dan Rudi sepakat, masyarakat harus sadar bahwa badan air harus dipelihara bersama. Permasalahan air bersih merupakan permasalahan bersama yang memerlukan kontribusi dan kerjasama berbagai pihak untuk mengusahakannya.
”Selain itu, kedua harus diubah paradigma lama yang menganggap air merupakan sumberdaya yang tidak terbatas, menjadi air merupakan sumberdaya yang terbatas sehingga kita semua harus lebih berhati-hati dalam memanfaatkannya dan bijak dalam pengelolaan ketersediaannya. Ketiga, sebisa mungkin melakukan kebiasaan penghematan air, ketika air banyak masyarakat diminta menabung air,” kata Tussy.
Sumber:http://www.ristek.go.id
No comments :
Post a Comment