Pratinjau

28 Nov 2014

Menteri Koordinator Kemaritiman Indonesia (Dr. Ir. Dwisuryo Indroyono Soesilo M.Sc.)

Dr. Ir. Dwisuryo Indroyono Soesilo M.Sc.
Dr. Ir. Dwisuryo Indroyono Soesilo, M.Sc., (lahir di Bandung, Jawa Barat, 27 Maret 1955; umur 59 tahun) adalah seorang Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dalam Kabinet Kerja 2014-2019. Sebelumnya ia menjabat sebagai Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan dan Perikanan .dan Direktur Sumber Daya Perikanan dan Aquakultur FAO, PBB
Ia memulai pekerjaan sebagai Asisten laboratorium petrografi dan asisten kampus lapangan geologi, Karang Sambung Dep. Teknik ITB pada tahun 1976 - hingga 1978. Tahun 1987 ia diangkat sebagai Pegawai BPPT. Pada tahun 1991, ia mengajar sebagai dosen luar biasa kursus staf senior TNI-AD Seskoad Bandung. Pada saat melanjutkan kuliah, ia dipercaya menjadi research asistant, Department of Geology, Amerika Serikat The University of Iowa pada kurun waktu 1981 hingga 1986. Lalu diangkat sebagai teaching assistant 1983 hingga 1986.
Di Indonesia, ia kembali mengajar sebagai dosen luar biasa di Sesko ABRI Bandung untuk tahun 1988 hingga 1989, jurusan Meteorologi dan Geofisika ITB mulai 1994 hingga 1995, Program Pascasarjana Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh November (ITS), Surabaya pada tahun 1995, Fakultas Teknologi Mineral Jurusan Teknik Geologi Universitas Trisakti pada tahun 1996, dan Fakultas MIPA UI pada tahun 1997.
Ia dipercaya sebagai Kepala Subdirektorat Inventarisasi Sumber Daya Alam (Tisda) Matra Dirgantara (BPPT) untuk kurun waktu 1992 hingga 1995, Kepala Sub Direktorat Teknologi Inventarisasi Sumber Daya Alam (TISDA) Matra Dirgantara BPPT untuk kurun waktu 1992 hingga 1995, Direktur Direktur Inventarisasi Sumberdaya Alam (Tisda) BPPT 1993 hingga 1997, dan sebagai Dirjen Penyerasian Riset dan Eksplorasi Laut di Departemen Kelautan dan Perikanan, pada tahun 1999.
Ia merupakan anggota Panitia Tetap Dewan Kelautan Nasional Departemen Kelautan dan Perikanan pada 1997, lalu menjadi Deputi Ketua BPPT, Bidang Pengembangan Kekayaan Alam pada kurun waktu 1997 hingga 1998. Deputi Kepala BPPT Bidang Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam pada 1998. Pada kurun 2001 hingga 2008, ia menjabat sebagai Kepala Badan Riset Kelautan dan Perikanan / BRKP dan kemudian sebagai Sesmenkokesra mulai 2008 hingga 2011 dan Director of the Fisheries and Aquaculture Resources Use and Conservation Division, FAO , PBB, sejak tahun 2012.

Ia mendapat banyak penghargaan kelas nasional maupun internasional, antara lain:
  • Worldwide Permina Foundation Award USA ( 1980 )
  • Indonesian Cultural Foundation Award USA ( 1981 )
  • Isabel-Demple Foundation Award USA ( 1984 )
  • Member, Sigma XI, Scientific Research Honor Society USA ( 1987 )
  • Adhicipta Rekayasa Persatuan Insinyur Indonesia ( 1993 )
  • Satya Lencana Pembangunan RI ( 1995 )
  • Who's Who of The World ( 1998 )
  • Satya Lencana Karya Satya X Tahun ( 1999 )
  • Bintang Ajasa Utama ( 1999 )
 Sumber n foto: Wikipedia

Sosok mentri Kelautan dan Perikanan Susi pujiastuti

Mentri Susi puji Astuti(sumber wikipedia)
berikut ini adalah biografi dari sosok mentri Susi Puji astuti
(lahir di Pangandaran, 15 Januari 1965; (umur 49 tahun) adalah seorang Menteri Kelautan dan Perikanan dari Kabinet Kerja 2014-2019 yang juga pengusaha pemilik dan Presdir PT ASI Pudjiastuti Marine Product, eksportir hasil-hasil perikanan dan PT ASI Pudjiastuti Aviation atau penerbangan Susi Air dari Jawa Barat[3] . Hingga awal tahun 2012, Susi Air mengoperasikan 50 pesawat dengan berbagai tipe seperti 32 Cessna Grand Caravan, 9 Pilatus PC-6 Porter dan 3 Piaggio P180 Avanti. Susi Air mempekerjakan 180 pilot, dengan 175 di antaranya merupakan pilot asing. Tahun 2012 Susi Air menerima pendapatan Rp300 miliar dan melayani 200 penerbangan perintis.

Seputus sekolah, Susi menjual perhiasannya dan mengumpulkan modal Rp.750.000 untuk menjadi pengepul ikan di Pangandaran pada tahun 1983 Bisnisnya berkembang hingga pada tahun 1996 Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product dengan produk unggulan berupa lobster yang diberi merek "Susi Brand."[3] Bisnis pengolahan ikan ini pun meluas dengan pasar hingga ke Asia dan Amerika.[3] Karena hal ini, susi memerlukan sarana transportasi udara yang dapat dengan cepat mengangkut produk hasil lautnya dalam keadaan masih segar.[3]
Pada 2004, Susi memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp20 miliar menggunakan pinjaman bank. Melalui PT ASI Pudjiastuti Aviation yang ia dirikan kemudian, satu-satunya pesawat yang ia miliki itu ia gunakan untuk mengangkut lobster dan ikan segar tangkapan nelayan di berbagai pantai di Indonesia ke pasar Jakarta dan Jepang. Call sign yang digunakan Cessna itu adalah Susi Air. Dua hari setelah gempa tektonik dan tsunami Aceh melanda Aceh dan pantai barat Sumatera pada 26 Desember 2004, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi. Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi. Di saat bisnis perikanan mulai merosot, Susi menyewakan pesawatnya itu yang semula digunakan untuk mengangkut hasil laut untuk misi kemanusiaan. Selama tiga tahun berjalan, maka perusahaan penerbangan ini semakin berkembang hingga memiliki 14 pesawat, ada 4 di Papua, 4 pesawat di Balikpapan, Jawa dan Sumatera. Perusahaannya memiliki 32 pesawat Cessna Grand Caravan, 9 pesawat Pilatus Porter, 1 pesawat Diamond star dan 1 buah pesawat Diamond Twin star. Sekarang Susi Air memiliki 49 dan mengoperasikan 50 pesawat terbang beragam jenis.

Susi menerima banyak penghargaan antara lain:
  • Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat tahun 2004
  • Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia tahun 2005
  • Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia. Tahun 2006
  • Metro TV Award for Economics-2006,
  • Inspiring Woman 2005 dan Eagle Award 2006 dari Metro TV, Indonesia
  • Berprestasi Award dari PT Exelcomindo
  • Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada tahun 2009
  • Ganesha Widyajasa Aditama Award dari ITB, 2011
  • Award for Innovative Achievements, Extraordinary Leadership and Significant Contributions to the Economy, APEC, 2011
  • Tokoh Wanita Inspiratif Penggerak Pembangunan, dari Gubernur Jawa Barat, 2008
Pada tahun 2008, ia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School. Pada Minggu, 26 Oktober 2014, dalam pengumuman Kabinet Kerja Pemerintahan Jokowi-JK Ibu Susi Pudjiastuti ditetapkan oleh Presiden RI Joko Widodo menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.

Sumber:Wikipedia



13 Nov 2014

Tantangan untuk menjadi poros maritim dunia

indonesia negara maritim terbesar di dunia. sektor kelautan bisa menghasilkan seperempat APBN setara lima ratus triliun. namun belum dikelola dengan baik dan optimal. harus dibangun armada dan keterampilan serta sentra industri pengolahan dan perdagangan berbasis komunitas kelautan di sedikitnya sepuluh wilayah (zona) maritim. 
selain itu ada beberapa tantangan dalam mewujudkan indonesia sebagai poros maritim dunia.
 1.nasional security council(dewan keamanan nasional) yaitu Menurut UU, kewenangan, fungsi, dan bidang cakupan DPN menjadi terbatas di bidang pertahanan negara saja. Pasal 15 Ayat 2 menyebutkan, DPN hanya "berfungsi sebagai penasihat Presiden dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan segenap komponen pertahanan negara". yaitu tujuannya membahas berbagai persoalan keamanan nasional (termasuk kebijakan luar negeri) dengan para anggota kabinet dan penasihat presiden di bidang keamanan. Fungsi utama NSC adalah memberi masukan dan membantu presiden dalam merumuskan dan menjalankan kebijakan di bidang keamanan nasional dan luar negeri. NSC juga berperan sebagai tangan utama presiden (presidents principal arm) dalam mengoordinasikan kebijakan-kebijakan yang berkait dengan keamanan nasional di antara lembaga-lembaga pemerintahan terkait. hal ini berkaitan dengan keamanan kelautan yang hingga saat ini diberitakan bahwan ratusan triliun sumber daya laut telah di curi dan diseludupakan setiap tahunnya.

2.efektifitas dan efisiensi anggaran di 13 departemen yang bermain di laut kita. Jangan sampai 13 departemen ini berebut anggaran, mementingkan ego masing-masing. masih ada tumpang tindih peraturan antar departemen dan lembaga negara, pemerintah daerah, serta ego masing-masing departemen sehingga kebijakan cenderung tidak berjalan efektif di lapangan.

kepemimpinan yang tegas dan berani di perlukan untuk mengatur semua ini. semoga dengan rencana besar pemipn kita mampu membawa bangsa ini kembali berjaya menjadi poros maritim dunia.

nb:pembaca dapat menambahkan ide/pemikiran dalam artikel ini. terima kasih.